Pages

Minggu, 20 November 2016

Itinerary Solo Travelling ke Eropa #VidyinEurope (Part 2 - Italia)

Menulislah selagi masih ingat - semenjak short term memory loss saya makin parah, saya jadi takut lupa banyak hal yang seharusnya diingat. Pergi ke Eropa adalah satu-satunya mimpi besar yang pernah saya miliki, jadi kalau sampai saya lupa apa saja yang terjadi di antaranya, saya bisa murka sama diri sendiri. Jadi, mumpung masih inget, mari kita lanjutkan cerita part 1 ini menjadi cerita part 2 - Italia.

Sewaktu saya kuliah, selain belajar bahasa Prancis, saya juga sempat belajar bahasa Italia selama dua semester, bahkan sampai pernah lolos jadi waiting list beasiswa ke Italia. Saya juga suka negaranya, karena kebanyakan nonton David Rocco's Dolce Vita, saya pikir semua Italians itu kerjaannya masak-masak terus dimakan bareng-bareng gitu di neighbourhood-nya. Enak banget ya? Emang ngga kerja gitu? Malahan kayaknya salah satu to do list saya adalah ingin menghabiskan masa tua di selatan Prancis/Italia. Intinya saya juga cinta sama negara ini, tetapi waktu saya berkunjung, entah mengapa saya malah jadi lebih cinta Paris dan Bruges. Nanti kalau sudah ada post yang spesifik tentang masing-masing negara, saya bahas lebih detail ya, sekarang kan cuma mau bahas itinerary saja.

Perjalanan saya pun bersambung ke..

Day 9 - Jumat, 14 Oktober

Oke, sebelumnya saya mengucap "This is the part where my itinerary goes a little bit wrong.. ". Jadi.. saat memutuskan untuk ke Italia, saya punya teman yang sudah beratus-ratus kali ke Italia, yaitu Rio. Dia baiiiik banget bikinin saya itinerary selama di Italia, padahal saya cuma kasih tanggal dan jam kedatangan, sama tanggal dan jam pulang. Saking gercepnya Rio, saya jadi ngga enak mau minta lebih, itinerary yang dia bikin itu cocok digunakan kalau saya tiba di Airport Firenze di Florence.. padahal saya ke Florence naik Bus. Saya juga kan ngga tau ya bus ini bakal stop di mana saja, bahwa bus ini bakal kena macet dan terlambat, jadi saya santai aja ketika itinerary dari Mas Roy bilang untuk stay di Pisa malam itu, instead of di Florence.


Semoga peta ini bisa membantu menjelaskan kesalahan itinerary yang saya tempuh
Rute flixbus yang saya beli adalah dari Nice ke Florence, seharga 19 euro. Ternyata, bisnya transit dulu di Genoa dan Milan, dan bisnya sampai di Florence pun terlambat sampai satu jam. Saya sampai jam 9 malam, lalu karena hostel saya malam itu ada di Pisa, saya pun naik kereta dulu ke Pisa. Dan keesokan harinya, dari Pisa saya pergi ke Cinque Terre, yang jatuhnya lebih dekat dari Genoa daripada dari Florence. Setelah dari Cinque Terre, saya balik lagi ke Florence. Bolak balik aja terus kayak setrikaan.

Tau gitu, mending naik bis dari Nice ke Genoa aja, mungkin lebih murah malahan, lalu stay di Cinque Terre, baru ke Pisa dan ke Florence. Ya kaan?

Tapi tentunya ini semua terjadi karena saya plek-plekan menggantungkan diri sama itinerary yang Roy kasih, dan bahkan ngga research sama sekali mengenai Cinque Terre sebelum akhirnya sampai di sana. Then again Roy if you read this.. makasih banget banget banget itinerarynya.. Maaf merepotkan.. Hehe I enjoyed every bit of it!. Okay.. kembali ke tanggal 14 Oktober, hujan deras sekali saat siang saya sampai di Milan. Tidak ada apa-apa di terminal Lampugnano itu, malahan dingin sekali karena hujan angin, jadi saya cuma beli magnet di dalam bangunan terminalnya sambil telfon teman di Jakarta. Lalu saya naik bis selanjutnya yang tujuan Roma, stop di Florence. Sampai di Piazalle Montelungo jam 9 malam, saya jalan ke Stasiun Santa Maria Novella di Florence, dan cari tiket ke Pisa dulu. Huhu capek banget dan kemaleman, untung masih ada kereta yang ke Pisa.

Kereta di Italia - Trenitalia - itu ada dua macam, yang high speed (lebih mahal) dan yang regionale biasa. Saya beli tiket langsung di mesin, dan kata mesinnya, tiket ini harus divalidasi dulu. Saya cek di layar, tidak ada kereta yang ke Pisa.. nah lo gimana? Akhirnya saya tanya ke information desk, ternyata keretanya di peron yang tujuannya ke Livorno, dan validasi tiket harus di mesin warna hijau yang tersebar banyak di seluruh penjuru stasiun. Validasi ini penting, nanti akan saya bahas lebih lanjut di post selanjutnya tentang Italia ya. Di dalam kereta, tidak ada panel petunjuk stasiun mana saja yang akan atau telah dilewati, jadi harus pasang kuping atau tanya-tanya orang kalau takut salah turun ya. 

Dan sampailah saya di Pisa malam hari itu, untungnya hostelnya 24 jam jadi masih bisa nerima saya deh. Capek. Banget. Seharian cuma makan coklat yang beli di vending machine sama Pringles. Ga ada foto-foto. Bhay.

Day 10 - Sabtu, 15 Oktober

Nah, hari ini saya ke Pisa! Semua yang kalian perlu lihat di Pisa letaknya cuma ada di Piazza dei Miracoli, mulai dari Duomo sampai menara Pisanya itu sendiri. Jadi, dari hostel saya di hostel Pisa, saya naik bis Lam Rossa (yang gratis atau gimana saya ngga paham, tapi tiap naik saya tanya "Bayar berapa?" dan sama kondekturnya cuma disuruh masuk aja.) Sesampainya di Piazza, banyak banget manusia. Saya naik ke Menara Pisa, bayar 18 euro, dan baru tahu kalau naik menara Pisa itu ternyata.. capek banget. Pantesan ada warning "not for people with cardiac disorders", karena isi dalamnya cuma endless tangga.. sampai ke atas. 

18 euro.. not exactly worth it

Setelah brunch di McD Pisa, saya pun langsung cus ke hostel dan ambil barang, lalu cus ke stasiun kereta Pisa, untuk naik kereta ke Framura. Untuk yang belum tahu, Cinque Terre itu terdiri dari 5 desa: Riomaggiore, Manarola, Corniglia, Vernazza dan Monterosso Al Mare. Tapi kenapa saya naik kereta ke Framura? Karena saya salah booking hostel.... *jrengg*

Jadi, saya booking hostel yang katanya 10 menit dari Stasiun Framura nih. Sekali lagi, kalau mau ke Cinque Terre, searchingnya jangan pas udah sampe ya.. rugi waktu sama uang. Saya baru tahu bahwasanya hostel yang saya book itu.. ngga terletak di salah satu dari lima desa-nya Cinque Terre itu. (Cek peta di bawah) dan saya sampai di hostelnya 45 menit setelah saya sampai di Stasiun. Loh katanya 10 menit? Nanti ya cek post selanjutnya. Alhasil sore itu saya menghabiskan waktu keliling Framura aja deh. Dan jangan sedih, malam minggu kalian ngebosenin? Ngga akan sesedih saya, karena jauh-jauh ke Italia, Framura itu pada hakikatnya adalah tempat yang sepi banget. Ngga ada apa-apa. Di hostel saya aja cuma ada 3 orang tamu.. hiks.


Framura


Day 11 - Minggu, 16 Oktober

Saatnya mendaki Cinque Terre! Karena hostel saya terlalu jauh untuk bisa jadi tempat titip-titip tas, saya bawa semua gembolan berat itu ke stasiun Monterosso. Di Monterosso, saya beli kartu "pendakian" Cinque Terre untuk 1 hari seharga 17 euro, yang sudah termasuk tiket kereta bolak balik sepanjang La Spezia - Monterosso, dan juga free wifi di seluruh Cinque Terre Park. Selain paket ini, ada juga paket yang 2 hari, seharga 34 euro kalau tidak salah. Dari stasiun, saya menuju ke pantai di bawah dan di sebelah kirinya ada penitipan tas yang buka sampai jam 18.30, jadi saya menitip tas saya di sana.. bayar 6 euro kalau tidak salah. Jam menunjukkan pukul 12 siang, matahari cukup terang tapi ngga menyengat kayak di Jakarta, saya pun mulai pendakian dari Monterosso Al Mare ke Vernazza. Petanya lihat di atas ya!


One day pass train + hiking card

Saya pun sampai di Vernazza jam 14.30, setelah 2,5 jam pendakian. Setelah sampai dan cukup foto-foto, saya naik kereta ke Riomaggiore, makan siang di Manarola, lalu kembali ke Monterosso untuk main-main di pantai dan mengambil tas. Inget ya.. di Eropa hari Minggu pada tutup, jadi jangan berharap banyak. Setelah itu saya cuss ke La Spezia, karena malam itu saya menginap di Florence, di hostel yang namanya Florence Experience, dekat Ponte Vecchio. Nice location, tapi hostelnya.. kayak rumah hantu haha. 


Day 12 - Senin, 17 Oktober

Waktunya keliling Florence! Hari ini saya start agak siang lagi karena paginya saya sibuk nyuci baju di laundromat. Setelah itu saya keliling-keliling kota untuk cari oleh-oleh di Florence. Di sana ada banyak stall oleh-oleh, tapi entah kenapa saya rasa oleh-oleh di Florence lebih mahal daripada yang saya temui di Paris atau kota lainnya. Puas beliin temen-temen oleh-oleh, saya yang pecinta taman ini langsung ke Boboli Garden. Kayak belum puas hiking aja ya, ternyata Boboli ini struktur tanahnya naik naik ke puncak gunung gitu, jadi yang ada saya malah kecapekan jalan mendaki. Dan tamannya pun terlihat tua.. saya masih lebih suka Jardin Tuileries di Prancis :)

See the centre part behind the obelisk? It's a f-in stairs.. I wanna enjoy the garden, not doing f-in hiking!

Dan malamnya, saya men-treat diri saya sendiri sebuah early birthday dinner berupa makanan favorit saya di seluruh dunia - Steak! Lebih tepatnya Bistecca Fiorentina, makanan khas Florence yang paling terkenal setelah Lampredotto. Setelah itu, saya beli gelato di Gelateria Dei Neri sebagai dessert, dan habis itu saya pulang ke hostel. Intinya, Florence itu sangat cocok untuk yang suka kuliner, karena makanannya enak-enak! *dan punya uang banyak, soalnya mahal. :( *


Day 13 - Selasa, 18 Oktober

Hari ini waktunya beranjak ke Belgia! Flight saya jam 15.30, tapi flightnya dari Bologna, kota yang terletak 120 km di Utara Florence. Setelah check out dari hostel, saya mampir dulu di Nerbone di Mercato Centrale untuk beli Lampredotto (lagi), tapi jadinya malah ketinggalan kereta ke Bologna. Alhasil saya harus naik kereta Freciarossa yang cepat, yang harganya lebih mahal dari tiket pesawat saya dari Bologna ke Charleroi, 26 euro! Tiket pesawat saya harganya cuma 10 euro :( Dan saya jadi kepagian sampai di Bologna-nya, belum bisa check in pesawat.

Satu-satunya foto di Bologna.. maklum cuma numpang lewat

Saya sampai di Charleroi, Belgia jam 6 sore. Seperti yang saya bilang di post pertama, kalau kalian naik flight Ryan Air juga kayak saya, set ekspektasi kalian karena Aeroport Charleroi Sud itu bukan terletak di Brussels, tapi di kota Charleroi.

Nah, penasaran seperti apa sisa itinerary perjalananan saya di Eropa? Masih ada 3 destinasi lagi yang belum dibahas - Belgia, Belanda dan Turki. Stay tuned di blog ini untuk postingan ketiga saya ya... Beneturk ;D













Tidak ada komentar:

Posting Komentar