Saya pun terharu biru bahwa akhirnya saya bisa juga ke Eiffel.
Ya.. meskipun belum ada yang bisa di-kiss di depan Eiffelnya, tapi at least udah liat langsung. Rasanya hidup sudah lengkap dan bahagia. Sekarang mari merapat, karena banyak yang sudah menagih saya untuk membahas itinerary saya selama 18 hari solo travelling ke Eropa kemarin, nih.. saya tulis ya di post ini.
Jadi, modal tiket awal saya adalah sebuah tiket PP KL-Amsterdam-KL yang harganya sekitar 6,2 juta rupiah. Berbekal dari itu, saya mulai menandai kota mana saja yang ingin saya kunjungi di Eropa. Tentunya dengan waktu paling lama dihabiskan di Prancis ya, karena saya juga berencana buat visa di Kedutaan Prancis *wink*. Visa Schengen dari Prancis ini harganya sekitar 1,2 juta rupiah, dan bikinnya di TLS contact. Saya dapet multiple visa untuk 6 bulan, 2 minggu sebelum keberangkatan.
Awalnya.. saya pikir, 3 hari di Paris, 2 hari di Bordeaux, 2 hari di Nice, 1 hari di Toulouse, lalu ke Barcelona via Andorra, setelah itu ke Luxembourg, mampir ke Bruges di Belgia, dan kembali lagi ke Amsterdam untuk pulang. Sounds about right? Not really. Saya berpikir lagi, mau lihat apa di Bordeaux? Mau apa di Andorra? Is Barcelona worth the first visit? Saya konsultasi dengan Dhay, Cuni, dan teman-teman lain mengenai itinerary ini.. dan mereka beranggapan Barcelona tidak sebagus kota-kota lain di Eropa. Saya google mengenai day trip dari Barcelona ke Andorra, malah ketemu blog ini, yang juga tidak merekomendasikan untuk ke sana. Saya pun jadi ragu, padahal sempat terbersit keinginan untuk dengerin lagu "Barcelona"nya George Ezra sambil santai di kotanya.
Akhirnya dengan berat hati, saya memutuskan untuk batal ke Spanyol dan menggantinya dengan Italia. There is still time in the future to explore more of Europe, sekarang saatnya fokus ke beberapa kota lain yang lebih menarik untuk first timer.
Jadi pada akhirnya, kota-kota yang saya kunjungi pada Eurotrip ft. Bday Trip - Chapter 1 #VidyinEurope kemarin adalah (sesuai dengan urutan perjalanan)...
1. Amsterdam
2. Leiden (transit semalam)
3. Paris
4. Nice
5. Monaco
6. Milan (transit bis 2 jam)
7. Florence
8. Pisa
9. La Spezia / Cinque Terre
10. Bologna (transit pesawat 4 jam)
11. Charleroi (tempat kedatangan di Belgia, ternyata Charleroi bukan Brussels ya saudara-saudara)
12. Bruges
13. Wageningen
14. Den Haag
15. Istanbul
Wow, ga nyangka ternyata ada 15 kota. Beberapa dilalui dalam satu hari sih, karena cuma sekedar transit. Ada juga yang day trip, ada yang sebenernya ga sejauh Paris - Rambouillet tapi itungannya udah beda kota karena negaranya kecil
Day 1 - Kamis, 6 Oktober
Hari yang ditunggu-tunggu! Pulang kantor, saya naik Malaysia Airlines (1,1 jt PP) dari Jakarta - KL. Tadinya rencana mau tidur di Capsule Hotel di KLIA 2, tapi ternyata fully booked. Next time kalau mau kesini lebih baik booking dulu, supaya punya tempat tidur selama "transit" di KLIA 2. Alhasil cuma bisa manyun di MCD sambil nelfon-nelfon temen yang belum tidur di Jakarta, Belanda & Prancis haha.
Day 2 - Jumat, 7 Oktober
KL - Istanbul by Turkish Airlines. My first long haul flight, 11 jam perjalanan! Saya baca-baca, kalau tidak mau kena jetlag harus menyesuaikan dengan waktu saat sampai di destinasi tujuan. Kalau sampainya malam, jangan tidur di pesawat, jadi saat sampai kalian bisa tidur. Kalau sampai di tujuannya siang , tidur yang lelap selama di pesawat, jadi saat sampai kalian bisa langsung beraktivitas. Tapi pada kenyataannya agak sulit untuk dilakukan ya.. kenapa? Nanti saya ceritakan di lain kesempatan yaa.
KL - Istanbul flight! |
Sampailah saya di Istanbul untuk transit. Cuma beberapa menit nyasar-nyasar lucu di Ataturk Airport, akhirnya saya tiba di gate untuk penerbangan selanjutnya, dari Istanbul - Amsterdam. Saya sampai di Amsterdam jam 10 malam pada hari yang masih sama, dengan gemeteran karena itu pertama kalinya saya menginjak tanah Eropa. Rasanya mau sujud syukur terus-terusan :) So happy! Sampai di Schiphol, saya beli tiket kereta ke Leiden Central seharga 5,8 euro, dan setelah 15 menit naik kereta, sampailah saya di Leiden! Di sana saya dijemput Echa, anak manis
Muke abis flight 16 jam + malam sebelumnya cuma tidur ayam di MCD |
Day 3 - Sabtu, 8 Oktober
Nah ini yang ditunggu-tunggu: Paris! Prancis! Akhirnya setelah berbagai upaya dari mulai au pair, kuliah S2,
Philippe dan Amelie! Sahabat yang baik banget dari Prancis |
Day 4 - Minggu, 9 Oktober
Nah, hari ini saya habiskan untuk quality time sama Cuni nih, one of my best friends yang tinggal di Prancis.. Kami pergi ke Sacré-Cœur di Montmartre, mampir ke Moulin Rouge di Pigalle, lalu ke Trocadero untuk foto-foto Eiffel dan terakhir ke Champs-Elysées untuk shopping (nyokap yang nitip, saya mah apa atuh..). Hari Minggu itu tidak banyak toko yang buka di Paris (generally di Eropa kalau hari minggu tokonya memang pada tutup), jadi kalau mau cari toko yang buka ya di Champs-Elysées itu. Untuk keliling Paris hari ini, saya menggunakan tiket yang namanya ticket Jeune-Weekend (karena waktu itu saya masih di bawah 26 tahun jadi masih masuk itungan remaja) seharga 8,7 euro, bebas naik turun metro dan kereta mana saja dari zona 1-5. Maaf tapi link-nya dalam bahasa Prancis ya.. ngga ketemu yang bahasa Inggris :)
Day 5 - Senin, 10 Oktober
Hari ini karena saya tidak janjian sama siapa-siapa, saya ke Versailles. Versailles ini sendiri letaknya ada di antara Rambouillet dan Paris, dan hari ini saya menggunakan tiket yang namanya Forfait Mobilis seharga 17,30 euro untuk keliling Paris zona 1-5. Ternyata, hari Senin itu istana Versailles-nya tutup, jadi saya cuma bisa mampir ke tamannya. Gratis. Tapi pemandangan tamannya aja udah breathtaking banget. Bagus banget, auranya bikin ngarep dilamar haha (sama siape...). Lalu setelah itu saya lanjut ke area Quartier Latin untuk beli oleh-oleh, dan somehow I had my best experience in Paris. Saya juga menyempatkan diri untuk mampir ke Shakespeare and Co, toko buku tempat Celine dan Jesse di film Before Sunset bertemu. Setelah puas keliling quartier itu (yang juga masih satu "kompleks" sama Cathédrale Notre Dame), saya beranjak ke Jardin Tuileries, tepat ketika langit mulai sendu dan merintik hujan.
Quand il pleut sur Paris c'est qu'il est malheureux.. |
Day 6 - Selasa, 11 Oktober
Ya.. tibalah hari di mana saya harus beranjak ke Nice. Saya naik kereta cepat TGV yang saya book dari jauh hari dari website ini, harganya sekitar 39 euro kalau tidak salah. Perjalanannya memakan waktu sekitar 5 jam, saya sampai di Nice sekitar jam 3 sore. Saya belum ada hostel di Nice, tapi saya cek di Booking.com ada hostel yang review-nya bagus, dan ternyata Hostel Meyerbeer Beach ini memang hostel yang paling recommended dari seluruh perjalanan saya di Eropa ini sih - murah, dekat kemana-mana, dekat dari Pantai, letaknya sebelah Carrefour persis, ambience menyenangkan.. Next post akan saya bahas lebih lanjut. Sore itu, saya bersama seorang roommate pergi ke pantai, kembali ke hostel untuk makan malam, dan kemudian langsung tidur.
Cannes, salah satu kota yang dilewati saat naik TGV |
Day 7 - Rabu, 12 Oktober
Hari ini saya mulai dengan rasa malas yang luar biasa.. karena backpacking, baju saya pun jumlahnya terbatas. Jadilah saya harus nyuci di laundromat dulu. Karena hati masih ketinggalan di Paris, saya pun bengong dulu (hehe) dan akhirnya baru mulai jalan-jalan jam 2 siang. Saya keliling kota tua Nice, pergi ke Place Massena, ke H&M untuk beli legging (karena celana mendadak kegedean), ke memorial untuk mengenang korban Nice Attack pada 14 Juillet 2016 lalu, dan kembali ke hostel. Di hostel inilah saya berkenalan dengan banyak teman baru, pergi ke pantai dan pelabuhan pada malam harinya, dan janjian untuk bareng-bareng ke Monaco esok harinya.
Memorial for 14 Juillet Nice Attack |
Day 8 - Kamis, 13 Oktober
Monaco! Negara kecil yang sesak dan bikin capek. Karena, mengutip kata teman saya, Jeff, "Ketika satu negara sudah tidak punya cukup ruang untuk membangun lagi sedangkan mereka punya seluruh uang di seluruh dunia, mereka akan membangun ke atas dan juga ke bawah.". Alhasil negara paling kecil nomor 2 di dunia ini penuh dengan jalanan yang turun naik. Saya dan teman-teman dari hostel berangkat ke Monaco menggunakan kereta, seharga 3 euro saja. Kalian bisa juga menggunakan bis, harganya cuma 1,5 euro - tapi hari lagi hujan, jalannya agak jauh dan sampainya lebih lama, jadi kami memutuskan untuk naik kereta deh. Sayangnya, seharian di sana hujannya ngga pernah berhenti! Mood rusak - tapi apa boleh buat, kapan lagi ke Monaco? Akhirnya kami mampir ke Jardin Exotique (meskipun ngga masuk, why would you pay 7 euro to enter a garden when it's thunderstorm?), ke Casino Monte Carlo (yang starting betnya 1 juta.. euro. WOW.), ke pelabuhan, ke McD, kirim postcard, dan mendaki ke Prince Palace di atas bukit. The view is worth the hike - well, karena cuma dari situ Monako bisa kelihatan bagus ya menurut saya. Bah. Capek.
Nih Monako.. benderanya sama sama Indonesia btw, feels like home |
Pulangnya kami ngga bayar kereta.. haha. Anak-anak nekat itu memutuskan bahwa.. jam setengah 6 sore itu banyak banget orang yang pulang kerja dari Monaco ke Nice, masa iya sih karcisnya diperiksa satu-satu? Pas berangkat juga ngga diperiksa sama sekali kok. Saya sih cuma ngikut aja.. hehehe.. eh ternyata emang ngga diperiksa! Lumayan lah hemat 3 euro.
Day 9 - Jumat, 14 Oktober
Ga mau membuat kesalahan yang sama? (ceile) Cek part 2nya ya.. :)
Aww ada link blogku! <3
BalasHapusoya, urutan perjalanan, bukan order perjalanan hahahaha #grammarnazi
BalasHapusokeei diganti
Hapustt titanium flat irons
BalasHapusThe price of titanium TTOT-TTO is a spinning and flexible columbia titanium boots flat core with flexible, graphite microtouch titanium trim as seen on tv steel backbone. It is designed titanium hair clipper with lightweight, flexible and lightweight titanium damascus knives t-bandwidth