Pages

Minggu, 20 November 2016

Itinerary Solo Travelling ke Eropa #VidyinEurope (Part 2 - Italia)

Menulislah selagi masih ingat - semenjak short term memory loss saya makin parah, saya jadi takut lupa banyak hal yang seharusnya diingat. Pergi ke Eropa adalah satu-satunya mimpi besar yang pernah saya miliki, jadi kalau sampai saya lupa apa saja yang terjadi di antaranya, saya bisa murka sama diri sendiri. Jadi, mumpung masih inget, mari kita lanjutkan cerita part 1 ini menjadi cerita part 2 - Italia.

Sewaktu saya kuliah, selain belajar bahasa Prancis, saya juga sempat belajar bahasa Italia selama dua semester, bahkan sampai pernah lolos jadi waiting list beasiswa ke Italia. Saya juga suka negaranya, karena kebanyakan nonton David Rocco's Dolce Vita, saya pikir semua Italians itu kerjaannya masak-masak terus dimakan bareng-bareng gitu di neighbourhood-nya. Enak banget ya? Emang ngga kerja gitu? Malahan kayaknya salah satu to do list saya adalah ingin menghabiskan masa tua di selatan Prancis/Italia. Intinya saya juga cinta sama negara ini, tetapi waktu saya berkunjung, entah mengapa saya malah jadi lebih cinta Paris dan Bruges. Nanti kalau sudah ada post yang spesifik tentang masing-masing negara, saya bahas lebih detail ya, sekarang kan cuma mau bahas itinerary saja.

Perjalanan saya pun bersambung ke..

Day 9 - Jumat, 14 Oktober

Oke, sebelumnya saya mengucap "This is the part where my itinerary goes a little bit wrong.. ". Jadi.. saat memutuskan untuk ke Italia, saya punya teman yang sudah beratus-ratus kali ke Italia, yaitu Rio. Dia baiiiik banget bikinin saya itinerary selama di Italia, padahal saya cuma kasih tanggal dan jam kedatangan, sama tanggal dan jam pulang. Saking gercepnya Rio, saya jadi ngga enak mau minta lebih, itinerary yang dia bikin itu cocok digunakan kalau saya tiba di Airport Firenze di Florence.. padahal saya ke Florence naik Bus. Saya juga kan ngga tau ya bus ini bakal stop di mana saja, bahwa bus ini bakal kena macet dan terlambat, jadi saya santai aja ketika itinerary dari Mas Roy bilang untuk stay di Pisa malam itu, instead of di Florence.


Semoga peta ini bisa membantu menjelaskan kesalahan itinerary yang saya tempuh
Rute flixbus yang saya beli adalah dari Nice ke Florence, seharga 19 euro. Ternyata, bisnya transit dulu di Genoa dan Milan, dan bisnya sampai di Florence pun terlambat sampai satu jam. Saya sampai jam 9 malam, lalu karena hostel saya malam itu ada di Pisa, saya pun naik kereta dulu ke Pisa. Dan keesokan harinya, dari Pisa saya pergi ke Cinque Terre, yang jatuhnya lebih dekat dari Genoa daripada dari Florence. Setelah dari Cinque Terre, saya balik lagi ke Florence. Bolak balik aja terus kayak setrikaan.

Tau gitu, mending naik bis dari Nice ke Genoa aja, mungkin lebih murah malahan, lalu stay di Cinque Terre, baru ke Pisa dan ke Florence. Ya kaan?

Tapi tentunya ini semua terjadi karena saya plek-plekan menggantungkan diri sama itinerary yang Roy kasih, dan bahkan ngga research sama sekali mengenai Cinque Terre sebelum akhirnya sampai di sana. Then again Roy if you read this.. makasih banget banget banget itinerarynya.. Maaf merepotkan.. Hehe I enjoyed every bit of it!. Okay.. kembali ke tanggal 14 Oktober, hujan deras sekali saat siang saya sampai di Milan. Tidak ada apa-apa di terminal Lampugnano itu, malahan dingin sekali karena hujan angin, jadi saya cuma beli magnet di dalam bangunan terminalnya sambil telfon teman di Jakarta. Lalu saya naik bis selanjutnya yang tujuan Roma, stop di Florence. Sampai di Piazalle Montelungo jam 9 malam, saya jalan ke Stasiun Santa Maria Novella di Florence, dan cari tiket ke Pisa dulu. Huhu capek banget dan kemaleman, untung masih ada kereta yang ke Pisa.

Kereta di Italia - Trenitalia - itu ada dua macam, yang high speed (lebih mahal) dan yang regionale biasa. Saya beli tiket langsung di mesin, dan kata mesinnya, tiket ini harus divalidasi dulu. Saya cek di layar, tidak ada kereta yang ke Pisa.. nah lo gimana? Akhirnya saya tanya ke information desk, ternyata keretanya di peron yang tujuannya ke Livorno, dan validasi tiket harus di mesin warna hijau yang tersebar banyak di seluruh penjuru stasiun. Validasi ini penting, nanti akan saya bahas lebih lanjut di post selanjutnya tentang Italia ya. Di dalam kereta, tidak ada panel petunjuk stasiun mana saja yang akan atau telah dilewati, jadi harus pasang kuping atau tanya-tanya orang kalau takut salah turun ya. 

Dan sampailah saya di Pisa malam hari itu, untungnya hostelnya 24 jam jadi masih bisa nerima saya deh. Capek. Banget. Seharian cuma makan coklat yang beli di vending machine sama Pringles. Ga ada foto-foto. Bhay.

Day 10 - Sabtu, 15 Oktober

Nah, hari ini saya ke Pisa! Semua yang kalian perlu lihat di Pisa letaknya cuma ada di Piazza dei Miracoli, mulai dari Duomo sampai menara Pisanya itu sendiri. Jadi, dari hostel saya di hostel Pisa, saya naik bis Lam Rossa (yang gratis atau gimana saya ngga paham, tapi tiap naik saya tanya "Bayar berapa?" dan sama kondekturnya cuma disuruh masuk aja.) Sesampainya di Piazza, banyak banget manusia. Saya naik ke Menara Pisa, bayar 18 euro, dan baru tahu kalau naik menara Pisa itu ternyata.. capek banget. Pantesan ada warning "not for people with cardiac disorders", karena isi dalamnya cuma endless tangga.. sampai ke atas. 

18 euro.. not exactly worth it

Setelah brunch di McD Pisa, saya pun langsung cus ke hostel dan ambil barang, lalu cus ke stasiun kereta Pisa, untuk naik kereta ke Framura. Untuk yang belum tahu, Cinque Terre itu terdiri dari 5 desa: Riomaggiore, Manarola, Corniglia, Vernazza dan Monterosso Al Mare. Tapi kenapa saya naik kereta ke Framura? Karena saya salah booking hostel.... *jrengg*

Jadi, saya booking hostel yang katanya 10 menit dari Stasiun Framura nih. Sekali lagi, kalau mau ke Cinque Terre, searchingnya jangan pas udah sampe ya.. rugi waktu sama uang. Saya baru tahu bahwasanya hostel yang saya book itu.. ngga terletak di salah satu dari lima desa-nya Cinque Terre itu. (Cek peta di bawah) dan saya sampai di hostelnya 45 menit setelah saya sampai di Stasiun. Loh katanya 10 menit? Nanti ya cek post selanjutnya. Alhasil sore itu saya menghabiskan waktu keliling Framura aja deh. Dan jangan sedih, malam minggu kalian ngebosenin? Ngga akan sesedih saya, karena jauh-jauh ke Italia, Framura itu pada hakikatnya adalah tempat yang sepi banget. Ngga ada apa-apa. Di hostel saya aja cuma ada 3 orang tamu.. hiks.


Framura


Day 11 - Minggu, 16 Oktober

Saatnya mendaki Cinque Terre! Karena hostel saya terlalu jauh untuk bisa jadi tempat titip-titip tas, saya bawa semua gembolan berat itu ke stasiun Monterosso. Di Monterosso, saya beli kartu "pendakian" Cinque Terre untuk 1 hari seharga 17 euro, yang sudah termasuk tiket kereta bolak balik sepanjang La Spezia - Monterosso, dan juga free wifi di seluruh Cinque Terre Park. Selain paket ini, ada juga paket yang 2 hari, seharga 34 euro kalau tidak salah. Dari stasiun, saya menuju ke pantai di bawah dan di sebelah kirinya ada penitipan tas yang buka sampai jam 18.30, jadi saya menitip tas saya di sana.. bayar 6 euro kalau tidak salah. Jam menunjukkan pukul 12 siang, matahari cukup terang tapi ngga menyengat kayak di Jakarta, saya pun mulai pendakian dari Monterosso Al Mare ke Vernazza. Petanya lihat di atas ya!


One day pass train + hiking card

Saya pun sampai di Vernazza jam 14.30, setelah 2,5 jam pendakian. Setelah sampai dan cukup foto-foto, saya naik kereta ke Riomaggiore, makan siang di Manarola, lalu kembali ke Monterosso untuk main-main di pantai dan mengambil tas. Inget ya.. di Eropa hari Minggu pada tutup, jadi jangan berharap banyak. Setelah itu saya cuss ke La Spezia, karena malam itu saya menginap di Florence, di hostel yang namanya Florence Experience, dekat Ponte Vecchio. Nice location, tapi hostelnya.. kayak rumah hantu haha. 


Day 12 - Senin, 17 Oktober

Waktunya keliling Florence! Hari ini saya start agak siang lagi karena paginya saya sibuk nyuci baju di laundromat. Setelah itu saya keliling-keliling kota untuk cari oleh-oleh di Florence. Di sana ada banyak stall oleh-oleh, tapi entah kenapa saya rasa oleh-oleh di Florence lebih mahal daripada yang saya temui di Paris atau kota lainnya. Puas beliin temen-temen oleh-oleh, saya yang pecinta taman ini langsung ke Boboli Garden. Kayak belum puas hiking aja ya, ternyata Boboli ini struktur tanahnya naik naik ke puncak gunung gitu, jadi yang ada saya malah kecapekan jalan mendaki. Dan tamannya pun terlihat tua.. saya masih lebih suka Jardin Tuileries di Prancis :)

See the centre part behind the obelisk? It's a f-in stairs.. I wanna enjoy the garden, not doing f-in hiking!

Dan malamnya, saya men-treat diri saya sendiri sebuah early birthday dinner berupa makanan favorit saya di seluruh dunia - Steak! Lebih tepatnya Bistecca Fiorentina, makanan khas Florence yang paling terkenal setelah Lampredotto. Setelah itu, saya beli gelato di Gelateria Dei Neri sebagai dessert, dan habis itu saya pulang ke hostel. Intinya, Florence itu sangat cocok untuk yang suka kuliner, karena makanannya enak-enak! *dan punya uang banyak, soalnya mahal. :( *


Day 13 - Selasa, 18 Oktober

Hari ini waktunya beranjak ke Belgia! Flight saya jam 15.30, tapi flightnya dari Bologna, kota yang terletak 120 km di Utara Florence. Setelah check out dari hostel, saya mampir dulu di Nerbone di Mercato Centrale untuk beli Lampredotto (lagi), tapi jadinya malah ketinggalan kereta ke Bologna. Alhasil saya harus naik kereta Freciarossa yang cepat, yang harganya lebih mahal dari tiket pesawat saya dari Bologna ke Charleroi, 26 euro! Tiket pesawat saya harganya cuma 10 euro :( Dan saya jadi kepagian sampai di Bologna-nya, belum bisa check in pesawat.

Satu-satunya foto di Bologna.. maklum cuma numpang lewat

Saya sampai di Charleroi, Belgia jam 6 sore. Seperti yang saya bilang di post pertama, kalau kalian naik flight Ryan Air juga kayak saya, set ekspektasi kalian karena Aeroport Charleroi Sud itu bukan terletak di Brussels, tapi di kota Charleroi.

Nah, penasaran seperti apa sisa itinerary perjalananan saya di Eropa? Masih ada 3 destinasi lagi yang belum dibahas - Belgia, Belanda dan Turki. Stay tuned di blog ini untuk postingan ketiga saya ya... Beneturk ;D













Selasa, 15 November 2016

Itinerary Solo Travelling ke Eropa #VidyinEurope (Part 1 - Prancis)

Seperti yang dibahas di postingan sebelumnya mengenai tempat-tempat yang ingin saya kunjungi sedari dulu, sebagian besar mimpi saya bermula dari Eropa. Setelah menghabiskan 4 tahun untuk belajar mengenai negara Prancis di Universitas, saya pun dihantui banyak mimpi baru mengenai Prancis. Entah kenapa negara yang satu itu selalu bisa membuat saya tersenyum simpul, tak peduli berapa banyak poin negatif yang orang-orangnya pegang erat: sombong, pelit, tidak helpful, tidak pedulian. Tapi membayangkan bisa menginjakkan kaki di kotanya, merasakan suasananya, ada satu kata yang terus melekat: Romantis.

Saya pun terharu biru bahwa akhirnya saya bisa juga ke Eiffel.



Ya.. meskipun belum ada yang bisa di-kiss di depan Eiffelnya, tapi at least udah liat langsung. Rasanya hidup sudah lengkap dan bahagia. Sekarang mari merapat, karena banyak yang sudah menagih saya untuk membahas itinerary saya selama 18 hari solo travelling ke Eropa kemarin, nih.. saya tulis ya di post ini.

Jadi, modal tiket awal saya adalah sebuah tiket PP KL-Amsterdam-KL yang harganya sekitar 6,2 juta rupiah. Berbekal dari itu, saya mulai menandai kota mana saja yang ingin saya kunjungi di Eropa. Tentunya dengan waktu paling lama dihabiskan di Prancis ya, karena saya juga berencana buat visa di Kedutaan Prancis *wink*. Visa Schengen dari Prancis ini harganya sekitar 1,2 juta rupiah, dan bikinnya di TLS contact. Saya dapet multiple visa untuk 6 bulan, 2 minggu sebelum keberangkatan.

Awalnya.. saya pikir, 3 hari di Paris, 2 hari di Bordeaux, 2 hari di Nice, 1 hari di Toulouse, lalu ke Barcelona via Andorra, setelah itu ke Luxembourg, mampir ke Bruges di Belgia, dan kembali lagi ke Amsterdam untuk pulang. Sounds about right? Not really. Saya berpikir lagi, mau lihat apa di Bordeaux? Mau apa di Andorra? Is Barcelona worth the first visit? Saya konsultasi dengan Dhay, Cuni, dan teman-teman lain mengenai itinerary ini.. dan mereka beranggapan Barcelona tidak sebagus kota-kota lain di Eropa. Saya google mengenai day trip dari Barcelona ke Andorra, malah ketemu blog ini, yang juga tidak merekomendasikan untuk ke sana. Saya pun jadi ragu, padahal sempat terbersit keinginan untuk dengerin lagu "Barcelona"nya George Ezra sambil santai di kotanya.
Akhirnya dengan berat hati, saya memutuskan untuk batal ke Spanyol dan menggantinya dengan Italia. There is still time in the future to explore more of Europe, sekarang saatnya fokus ke beberapa kota lain yang lebih menarik untuk first timer

Jadi pada akhirnya, kota-kota yang saya kunjungi pada Eurotrip ft. Bday Trip - Chapter 1 #VidyinEurope kemarin adalah (sesuai dengan urutan perjalanan)...

1. Amsterdam
2. Leiden (transit semalam)
3. Paris
4. Nice
5. Monaco
6. Milan (transit bis 2 jam)
7. Florence
8. Pisa
9. La Spezia / Cinque Terre
10. Bologna (transit pesawat 4 jam)
11. Charleroi (tempat kedatangan di Belgia, ternyata Charleroi bukan Brussels ya saudara-saudara)
12. Bruges
13. Wageningen
14. Den Haag
15. Istanbul

Wow, ga nyangka ternyata ada 15 kota. Beberapa dilalui dalam satu hari sih, karena cuma sekedar transit. Ada juga yang day trip, ada yang sebenernya ga sejauh Paris - Rambouillet tapi itungannya udah beda kota karena negaranya kecil (ehm Belanda). Jadi bagaimana rute-nya? I will try to shortly resume ke itinerary ini ya..

Day 1 - Kamis, 6 Oktober
Hari yang ditunggu-tunggu! Pulang kantor, saya naik Malaysia Airlines (1,1 jt PP) dari Jakarta - KL. Tadinya rencana mau tidur di Capsule Hotel di KLIA 2, tapi ternyata fully booked. Next time kalau mau kesini lebih baik booking dulu, supaya punya tempat tidur selama "transit" di KLIA 2. Alhasil cuma bisa manyun di MCD sambil nelfon-nelfon temen yang belum tidur di Jakarta, Belanda & Prancis haha.

Day 2 - Jumat, 7 Oktober
KL - Istanbul by Turkish Airlines. My first long haul flight, 11 jam perjalanan! Saya baca-baca, kalau tidak mau kena jetlag harus menyesuaikan dengan waktu saat sampai di destinasi tujuan. Kalau sampainya malam, jangan tidur di pesawat, jadi saat sampai kalian bisa tidur. Kalau sampai di tujuannya siang , tidur yang lelap selama di pesawat, jadi saat sampai kalian bisa langsung beraktivitas. Tapi pada kenyataannya agak sulit untuk dilakukan ya.. kenapa? Nanti saya ceritakan di lain kesempatan yaa.


KL - Istanbul flight!


Sampailah saya di Istanbul untuk transit. Cuma beberapa menit nyasar-nyasar lucu di Ataturk Airport, akhirnya saya tiba di gate untuk penerbangan selanjutnya, dari Istanbul - Amsterdam. Saya sampai di Amsterdam jam 10 malam pada hari yang masih sama, dengan gemeteran karena itu pertama kalinya saya menginjak tanah Eropa. Rasanya mau sujud syukur terus-terusan :) So happy! Sampai di Schiphol, saya beli tiket kereta ke Leiden Central seharga 5,8 euro, dan setelah 15 menit naik kereta, sampailah saya di Leiden! Di sana saya dijemput Echa, anak manis dan single yang lagi kuliah di Leiden. Saya stay di tempatnya, untuk besok paginya terbang lagi.. ke Paris, mon amour.


Muke abis flight 16 jam + malam sebelumnya cuma tidur ayam di MCD 

Day 3 - Sabtu, 8 Oktober

Nah ini yang ditunggu-tunggu: Paris! Prancis! Akhirnya setelah berbagai upaya dari mulai au pair, kuliah S2, sampai jual diri gagal, akhirnya saya menjejakkan kaki juga di negara ini.. Jam 12 pesawat mendarat di Aeroport Paris-Orly, dan belum juga sempet nyasar, keluar pintu bandara saya sudah disambut sama ini:


Philippe dan Amelie! Sahabat yang baik banget dari Prancis
Pasangan gemets ini sangat memanjakan saya di hari pertama saya di Paris. Baik banget! Mereka tinggal di Rambouillet, suburban dari Paris, tapi masih masuk zona 5 Paris. Selama di Paris, saya menginap di tempat mereka. Sore itu mereka ajak saya keliling Rambouillet, dan tengah malamnya mereka antar saya keliling Paris, mulai dari Place Vendôme sampai ke Eiffel. PUAS <3 Makasih banyak yaa mes chères :)

Day 4 - Minggu, 9 Oktober

Nah, hari ini saya habiskan untuk quality time sama Cuni nih, one of my best friends yang tinggal di Prancis.. Kami pergi ke Sacré-Cœur di Montmartre, mampir ke Moulin Rouge di Pigalle, lalu ke Trocadero untuk foto-foto Eiffel dan terakhir ke Champs-Elysées untuk shopping (nyokap yang nitip, saya mah apa atuh..). Hari Minggu itu tidak banyak toko yang buka di Paris (generally di Eropa kalau hari minggu tokonya memang pada tutup), jadi kalau mau cari toko yang buka ya di Champs-Elysées itu. Untuk keliling Paris hari ini, saya menggunakan tiket yang namanya ticket Jeune-Weekend (karena waktu itu saya masih di bawah 26 tahun jadi masih masuk itungan remaja) seharga 8,7 euro, bebas naik turun metro dan kereta mana saja dari zona 1-5. Maaf tapi link-nya dalam bahasa Prancis ya.. ngga ketemu yang bahasa Inggris :)


Day 5 - Senin, 10 Oktober

Hari ini karena saya tidak janjian sama siapa-siapa, saya ke Versailles. Versailles ini sendiri letaknya ada di antara Rambouillet dan Paris, dan hari ini saya menggunakan tiket yang namanya Forfait Mobilis seharga 17,30 euro untuk keliling Paris zona 1-5. Ternyata, hari Senin itu istana Versailles-nya tutup, jadi saya cuma bisa mampir ke tamannya. Gratis. Tapi pemandangan tamannya aja udah breathtaking banget. Bagus banget, auranya bikin ngarep dilamar haha (sama siape...). Lalu setelah itu saya lanjut ke area Quartier Latin untuk beli oleh-oleh, dan somehow I had my best experience in Paris. Saya juga menyempatkan diri untuk mampir ke Shakespeare and Co, toko buku tempat Celine dan Jesse di film Before Sunset bertemu. Setelah puas keliling quartier itu (yang juga masih satu "kompleks" sama Cathédrale Notre Dame), saya beranjak ke Jardin Tuileries, tepat ketika langit mulai sendu dan merintik hujan.


Quand il pleut sur Paris c'est qu'il est malheureux..
Saya menghabiskan momen itu dengan mewek karena besoknya sudah harus meninggalkan si kota kesayangan ini. Sore itu saya berjalan menyusuri sungai Seine lewat Quais D'Orsay, sampai ke Pont D'Alma, dan kembali ke Rambouillet saat malam. Well, à toute à l'heure Paris!


Day 6 - Selasa, 11 Oktober

Ya.. tibalah hari di mana saya harus beranjak ke Nice. Saya naik kereta cepat TGV yang saya book dari jauh hari dari website ini, harganya sekitar 39 euro kalau tidak salah. Perjalanannya memakan waktu sekitar 5 jam, saya sampai di Nice sekitar jam 3 sore. Saya belum ada hostel di Nice, tapi saya cek di Booking.com ada hostel yang review-nya bagus, dan ternyata Hostel Meyerbeer Beach ini memang hostel yang paling recommended dari seluruh perjalanan saya di Eropa ini sih - murah, dekat kemana-mana, dekat dari Pantai, letaknya sebelah Carrefour persis, ambience menyenangkan.. Next post akan saya bahas lebih lanjut. Sore itu, saya bersama seorang roommate pergi ke pantai, kembali ke hostel untuk makan malam, dan kemudian langsung tidur. 


Cannes, salah satu kota yang dilewati saat naik TGV


Day 7 - Rabu, 12 Oktober

Hari ini saya mulai dengan rasa malas yang luar biasa.. karena backpacking, baju saya pun jumlahnya terbatas. Jadilah saya harus nyuci di laundromat dulu. Karena hati masih ketinggalan di Paris, saya pun bengong dulu (hehe) dan akhirnya baru mulai jalan-jalan jam 2 siang. Saya keliling kota tua Nice, pergi ke Place Massena, ke H&M untuk beli legging (karena celana mendadak kegedean), ke memorial untuk mengenang korban Nice Attack pada 14 Juillet 2016 lalu, dan kembali ke hostel. Di hostel inilah saya berkenalan dengan banyak teman baru, pergi ke pantai dan pelabuhan pada malam harinya, dan janjian untuk bareng-bareng ke Monaco esok harinya.


Memorial for 14 Juillet Nice Attack


Day 8 - Kamis, 13 Oktober

Monaco! Negara kecil yang sesak dan bikin capek. Karena, mengutip kata teman saya, Jeff, "Ketika satu negara sudah tidak punya cukup ruang untuk membangun lagi sedangkan mereka punya seluruh uang di seluruh dunia, mereka akan membangun ke atas dan juga ke bawah.". Alhasil negara paling kecil nomor 2 di dunia ini penuh dengan jalanan yang turun naik. Saya dan teman-teman dari hostel berangkat ke Monaco menggunakan kereta, seharga 3 euro saja. Kalian bisa juga menggunakan bis, harganya cuma 1,5 euro - tapi hari lagi hujan, jalannya agak jauh dan sampainya lebih lama, jadi kami memutuskan untuk naik kereta deh. Sayangnya, seharian di sana hujannya ngga pernah berhenti! Mood rusak - tapi apa boleh buat, kapan lagi ke Monaco? Akhirnya kami mampir ke Jardin Exotique (meskipun ngga masuk, why would you pay 7 euro to enter a garden when it's thunderstorm?), ke Casino Monte Carlo (yang starting betnya 1 juta.. euro. WOW.), ke pelabuhan, ke McD, kirim postcard, dan mendaki ke Prince Palace di atas bukit. The view is worth the hike - well, karena cuma dari situ Monako bisa kelihatan bagus ya menurut saya. Bah. Capek.



Nih Monako.. benderanya sama sama Indonesia btw, feels like home

Pulangnya kami ngga bayar kereta.. haha. Anak-anak nekat itu memutuskan bahwa.. jam setengah 6 sore itu banyak banget orang yang pulang kerja dari Monaco ke Nice, masa iya sih karcisnya diperiksa satu-satu? Pas berangkat juga ngga diperiksa sama sekali kok. Saya sih cuma ngikut aja.. hehehe.. eh ternyata emang ngga diperiksa! Lumayan lah hemat 3 euro.


Day 9 - Jumat, 14 Oktober

Setelah malamnya mengucap farewell dengan teman-teman baru di hostel itu, pagi ini saya harus berangkat pagi buta banget, karena bis Flixbus yang akan saya naiki berangkat dari Airport Nice jam 9.45 pagi. Saya pun naik bis seharga 6 euro yang langsung menuju ke Airport Nice dari halte terdekat dari hostel strategis nan murah saya itu, dan berhenti tepat di tempat flixbusnya ngetem. This is the part where my itinerary goes a little bit wrong.. cause I'm going from Nice to Italy - tapi perencanaan yang salah malah membuat saya bolak balik selama di Italia.

Ga mau membuat kesalahan yang sama? (ceile) Cek part 2nya ya.. :)