Pages

Minggu, 20 November 2016

Itinerary Solo Travelling ke Eropa #VidyinEurope (Part 2 - Italia)

Menulislah selagi masih ingat - semenjak short term memory loss saya makin parah, saya jadi takut lupa banyak hal yang seharusnya diingat. Pergi ke Eropa adalah satu-satunya mimpi besar yang pernah saya miliki, jadi kalau sampai saya lupa apa saja yang terjadi di antaranya, saya bisa murka sama diri sendiri. Jadi, mumpung masih inget, mari kita lanjutkan cerita part 1 ini menjadi cerita part 2 - Italia.

Sewaktu saya kuliah, selain belajar bahasa Prancis, saya juga sempat belajar bahasa Italia selama dua semester, bahkan sampai pernah lolos jadi waiting list beasiswa ke Italia. Saya juga suka negaranya, karena kebanyakan nonton David Rocco's Dolce Vita, saya pikir semua Italians itu kerjaannya masak-masak terus dimakan bareng-bareng gitu di neighbourhood-nya. Enak banget ya? Emang ngga kerja gitu? Malahan kayaknya salah satu to do list saya adalah ingin menghabiskan masa tua di selatan Prancis/Italia. Intinya saya juga cinta sama negara ini, tetapi waktu saya berkunjung, entah mengapa saya malah jadi lebih cinta Paris dan Bruges. Nanti kalau sudah ada post yang spesifik tentang masing-masing negara, saya bahas lebih detail ya, sekarang kan cuma mau bahas itinerary saja.

Perjalanan saya pun bersambung ke..

Day 9 - Jumat, 14 Oktober

Oke, sebelumnya saya mengucap "This is the part where my itinerary goes a little bit wrong.. ". Jadi.. saat memutuskan untuk ke Italia, saya punya teman yang sudah beratus-ratus kali ke Italia, yaitu Rio. Dia baiiiik banget bikinin saya itinerary selama di Italia, padahal saya cuma kasih tanggal dan jam kedatangan, sama tanggal dan jam pulang. Saking gercepnya Rio, saya jadi ngga enak mau minta lebih, itinerary yang dia bikin itu cocok digunakan kalau saya tiba di Airport Firenze di Florence.. padahal saya ke Florence naik Bus. Saya juga kan ngga tau ya bus ini bakal stop di mana saja, bahwa bus ini bakal kena macet dan terlambat, jadi saya santai aja ketika itinerary dari Mas Roy bilang untuk stay di Pisa malam itu, instead of di Florence.


Semoga peta ini bisa membantu menjelaskan kesalahan itinerary yang saya tempuh
Rute flixbus yang saya beli adalah dari Nice ke Florence, seharga 19 euro. Ternyata, bisnya transit dulu di Genoa dan Milan, dan bisnya sampai di Florence pun terlambat sampai satu jam. Saya sampai jam 9 malam, lalu karena hostel saya malam itu ada di Pisa, saya pun naik kereta dulu ke Pisa. Dan keesokan harinya, dari Pisa saya pergi ke Cinque Terre, yang jatuhnya lebih dekat dari Genoa daripada dari Florence. Setelah dari Cinque Terre, saya balik lagi ke Florence. Bolak balik aja terus kayak setrikaan.

Tau gitu, mending naik bis dari Nice ke Genoa aja, mungkin lebih murah malahan, lalu stay di Cinque Terre, baru ke Pisa dan ke Florence. Ya kaan?

Tapi tentunya ini semua terjadi karena saya plek-plekan menggantungkan diri sama itinerary yang Roy kasih, dan bahkan ngga research sama sekali mengenai Cinque Terre sebelum akhirnya sampai di sana. Then again Roy if you read this.. makasih banget banget banget itinerarynya.. Maaf merepotkan.. Hehe I enjoyed every bit of it!. Okay.. kembali ke tanggal 14 Oktober, hujan deras sekali saat siang saya sampai di Milan. Tidak ada apa-apa di terminal Lampugnano itu, malahan dingin sekali karena hujan angin, jadi saya cuma beli magnet di dalam bangunan terminalnya sambil telfon teman di Jakarta. Lalu saya naik bis selanjutnya yang tujuan Roma, stop di Florence. Sampai di Piazalle Montelungo jam 9 malam, saya jalan ke Stasiun Santa Maria Novella di Florence, dan cari tiket ke Pisa dulu. Huhu capek banget dan kemaleman, untung masih ada kereta yang ke Pisa.

Kereta di Italia - Trenitalia - itu ada dua macam, yang high speed (lebih mahal) dan yang regionale biasa. Saya beli tiket langsung di mesin, dan kata mesinnya, tiket ini harus divalidasi dulu. Saya cek di layar, tidak ada kereta yang ke Pisa.. nah lo gimana? Akhirnya saya tanya ke information desk, ternyata keretanya di peron yang tujuannya ke Livorno, dan validasi tiket harus di mesin warna hijau yang tersebar banyak di seluruh penjuru stasiun. Validasi ini penting, nanti akan saya bahas lebih lanjut di post selanjutnya tentang Italia ya. Di dalam kereta, tidak ada panel petunjuk stasiun mana saja yang akan atau telah dilewati, jadi harus pasang kuping atau tanya-tanya orang kalau takut salah turun ya. 

Dan sampailah saya di Pisa malam hari itu, untungnya hostelnya 24 jam jadi masih bisa nerima saya deh. Capek. Banget. Seharian cuma makan coklat yang beli di vending machine sama Pringles. Ga ada foto-foto. Bhay.

Day 10 - Sabtu, 15 Oktober

Nah, hari ini saya ke Pisa! Semua yang kalian perlu lihat di Pisa letaknya cuma ada di Piazza dei Miracoli, mulai dari Duomo sampai menara Pisanya itu sendiri. Jadi, dari hostel saya di hostel Pisa, saya naik bis Lam Rossa (yang gratis atau gimana saya ngga paham, tapi tiap naik saya tanya "Bayar berapa?" dan sama kondekturnya cuma disuruh masuk aja.) Sesampainya di Piazza, banyak banget manusia. Saya naik ke Menara Pisa, bayar 18 euro, dan baru tahu kalau naik menara Pisa itu ternyata.. capek banget. Pantesan ada warning "not for people with cardiac disorders", karena isi dalamnya cuma endless tangga.. sampai ke atas. 

18 euro.. not exactly worth it

Setelah brunch di McD Pisa, saya pun langsung cus ke hostel dan ambil barang, lalu cus ke stasiun kereta Pisa, untuk naik kereta ke Framura. Untuk yang belum tahu, Cinque Terre itu terdiri dari 5 desa: Riomaggiore, Manarola, Corniglia, Vernazza dan Monterosso Al Mare. Tapi kenapa saya naik kereta ke Framura? Karena saya salah booking hostel.... *jrengg*

Jadi, saya booking hostel yang katanya 10 menit dari Stasiun Framura nih. Sekali lagi, kalau mau ke Cinque Terre, searchingnya jangan pas udah sampe ya.. rugi waktu sama uang. Saya baru tahu bahwasanya hostel yang saya book itu.. ngga terletak di salah satu dari lima desa-nya Cinque Terre itu. (Cek peta di bawah) dan saya sampai di hostelnya 45 menit setelah saya sampai di Stasiun. Loh katanya 10 menit? Nanti ya cek post selanjutnya. Alhasil sore itu saya menghabiskan waktu keliling Framura aja deh. Dan jangan sedih, malam minggu kalian ngebosenin? Ngga akan sesedih saya, karena jauh-jauh ke Italia, Framura itu pada hakikatnya adalah tempat yang sepi banget. Ngga ada apa-apa. Di hostel saya aja cuma ada 3 orang tamu.. hiks.


Framura


Day 11 - Minggu, 16 Oktober

Saatnya mendaki Cinque Terre! Karena hostel saya terlalu jauh untuk bisa jadi tempat titip-titip tas, saya bawa semua gembolan berat itu ke stasiun Monterosso. Di Monterosso, saya beli kartu "pendakian" Cinque Terre untuk 1 hari seharga 17 euro, yang sudah termasuk tiket kereta bolak balik sepanjang La Spezia - Monterosso, dan juga free wifi di seluruh Cinque Terre Park. Selain paket ini, ada juga paket yang 2 hari, seharga 34 euro kalau tidak salah. Dari stasiun, saya menuju ke pantai di bawah dan di sebelah kirinya ada penitipan tas yang buka sampai jam 18.30, jadi saya menitip tas saya di sana.. bayar 6 euro kalau tidak salah. Jam menunjukkan pukul 12 siang, matahari cukup terang tapi ngga menyengat kayak di Jakarta, saya pun mulai pendakian dari Monterosso Al Mare ke Vernazza. Petanya lihat di atas ya!


One day pass train + hiking card

Saya pun sampai di Vernazza jam 14.30, setelah 2,5 jam pendakian. Setelah sampai dan cukup foto-foto, saya naik kereta ke Riomaggiore, makan siang di Manarola, lalu kembali ke Monterosso untuk main-main di pantai dan mengambil tas. Inget ya.. di Eropa hari Minggu pada tutup, jadi jangan berharap banyak. Setelah itu saya cuss ke La Spezia, karena malam itu saya menginap di Florence, di hostel yang namanya Florence Experience, dekat Ponte Vecchio. Nice location, tapi hostelnya.. kayak rumah hantu haha. 


Day 12 - Senin, 17 Oktober

Waktunya keliling Florence! Hari ini saya start agak siang lagi karena paginya saya sibuk nyuci baju di laundromat. Setelah itu saya keliling-keliling kota untuk cari oleh-oleh di Florence. Di sana ada banyak stall oleh-oleh, tapi entah kenapa saya rasa oleh-oleh di Florence lebih mahal daripada yang saya temui di Paris atau kota lainnya. Puas beliin temen-temen oleh-oleh, saya yang pecinta taman ini langsung ke Boboli Garden. Kayak belum puas hiking aja ya, ternyata Boboli ini struktur tanahnya naik naik ke puncak gunung gitu, jadi yang ada saya malah kecapekan jalan mendaki. Dan tamannya pun terlihat tua.. saya masih lebih suka Jardin Tuileries di Prancis :)

See the centre part behind the obelisk? It's a f-in stairs.. I wanna enjoy the garden, not doing f-in hiking!

Dan malamnya, saya men-treat diri saya sendiri sebuah early birthday dinner berupa makanan favorit saya di seluruh dunia - Steak! Lebih tepatnya Bistecca Fiorentina, makanan khas Florence yang paling terkenal setelah Lampredotto. Setelah itu, saya beli gelato di Gelateria Dei Neri sebagai dessert, dan habis itu saya pulang ke hostel. Intinya, Florence itu sangat cocok untuk yang suka kuliner, karena makanannya enak-enak! *dan punya uang banyak, soalnya mahal. :( *


Day 13 - Selasa, 18 Oktober

Hari ini waktunya beranjak ke Belgia! Flight saya jam 15.30, tapi flightnya dari Bologna, kota yang terletak 120 km di Utara Florence. Setelah check out dari hostel, saya mampir dulu di Nerbone di Mercato Centrale untuk beli Lampredotto (lagi), tapi jadinya malah ketinggalan kereta ke Bologna. Alhasil saya harus naik kereta Freciarossa yang cepat, yang harganya lebih mahal dari tiket pesawat saya dari Bologna ke Charleroi, 26 euro! Tiket pesawat saya harganya cuma 10 euro :( Dan saya jadi kepagian sampai di Bologna-nya, belum bisa check in pesawat.

Satu-satunya foto di Bologna.. maklum cuma numpang lewat

Saya sampai di Charleroi, Belgia jam 6 sore. Seperti yang saya bilang di post pertama, kalau kalian naik flight Ryan Air juga kayak saya, set ekspektasi kalian karena Aeroport Charleroi Sud itu bukan terletak di Brussels, tapi di kota Charleroi.

Nah, penasaran seperti apa sisa itinerary perjalananan saya di Eropa? Masih ada 3 destinasi lagi yang belum dibahas - Belgia, Belanda dan Turki. Stay tuned di blog ini untuk postingan ketiga saya ya... Beneturk ;D













Selasa, 15 November 2016

Itinerary Solo Travelling ke Eropa #VidyinEurope (Part 1 - Prancis)

Seperti yang dibahas di postingan sebelumnya mengenai tempat-tempat yang ingin saya kunjungi sedari dulu, sebagian besar mimpi saya bermula dari Eropa. Setelah menghabiskan 4 tahun untuk belajar mengenai negara Prancis di Universitas, saya pun dihantui banyak mimpi baru mengenai Prancis. Entah kenapa negara yang satu itu selalu bisa membuat saya tersenyum simpul, tak peduli berapa banyak poin negatif yang orang-orangnya pegang erat: sombong, pelit, tidak helpful, tidak pedulian. Tapi membayangkan bisa menginjakkan kaki di kotanya, merasakan suasananya, ada satu kata yang terus melekat: Romantis.

Saya pun terharu biru bahwa akhirnya saya bisa juga ke Eiffel.



Ya.. meskipun belum ada yang bisa di-kiss di depan Eiffelnya, tapi at least udah liat langsung. Rasanya hidup sudah lengkap dan bahagia. Sekarang mari merapat, karena banyak yang sudah menagih saya untuk membahas itinerary saya selama 18 hari solo travelling ke Eropa kemarin, nih.. saya tulis ya di post ini.

Jadi, modal tiket awal saya adalah sebuah tiket PP KL-Amsterdam-KL yang harganya sekitar 6,2 juta rupiah. Berbekal dari itu, saya mulai menandai kota mana saja yang ingin saya kunjungi di Eropa. Tentunya dengan waktu paling lama dihabiskan di Prancis ya, karena saya juga berencana buat visa di Kedutaan Prancis *wink*. Visa Schengen dari Prancis ini harganya sekitar 1,2 juta rupiah, dan bikinnya di TLS contact. Saya dapet multiple visa untuk 6 bulan, 2 minggu sebelum keberangkatan.

Awalnya.. saya pikir, 3 hari di Paris, 2 hari di Bordeaux, 2 hari di Nice, 1 hari di Toulouse, lalu ke Barcelona via Andorra, setelah itu ke Luxembourg, mampir ke Bruges di Belgia, dan kembali lagi ke Amsterdam untuk pulang. Sounds about right? Not really. Saya berpikir lagi, mau lihat apa di Bordeaux? Mau apa di Andorra? Is Barcelona worth the first visit? Saya konsultasi dengan Dhay, Cuni, dan teman-teman lain mengenai itinerary ini.. dan mereka beranggapan Barcelona tidak sebagus kota-kota lain di Eropa. Saya google mengenai day trip dari Barcelona ke Andorra, malah ketemu blog ini, yang juga tidak merekomendasikan untuk ke sana. Saya pun jadi ragu, padahal sempat terbersit keinginan untuk dengerin lagu "Barcelona"nya George Ezra sambil santai di kotanya.
Akhirnya dengan berat hati, saya memutuskan untuk batal ke Spanyol dan menggantinya dengan Italia. There is still time in the future to explore more of Europe, sekarang saatnya fokus ke beberapa kota lain yang lebih menarik untuk first timer

Jadi pada akhirnya, kota-kota yang saya kunjungi pada Eurotrip ft. Bday Trip - Chapter 1 #VidyinEurope kemarin adalah (sesuai dengan urutan perjalanan)...

1. Amsterdam
2. Leiden (transit semalam)
3. Paris
4. Nice
5. Monaco
6. Milan (transit bis 2 jam)
7. Florence
8. Pisa
9. La Spezia / Cinque Terre
10. Bologna (transit pesawat 4 jam)
11. Charleroi (tempat kedatangan di Belgia, ternyata Charleroi bukan Brussels ya saudara-saudara)
12. Bruges
13. Wageningen
14. Den Haag
15. Istanbul

Wow, ga nyangka ternyata ada 15 kota. Beberapa dilalui dalam satu hari sih, karena cuma sekedar transit. Ada juga yang day trip, ada yang sebenernya ga sejauh Paris - Rambouillet tapi itungannya udah beda kota karena negaranya kecil (ehm Belanda). Jadi bagaimana rute-nya? I will try to shortly resume ke itinerary ini ya..

Day 1 - Kamis, 6 Oktober
Hari yang ditunggu-tunggu! Pulang kantor, saya naik Malaysia Airlines (1,1 jt PP) dari Jakarta - KL. Tadinya rencana mau tidur di Capsule Hotel di KLIA 2, tapi ternyata fully booked. Next time kalau mau kesini lebih baik booking dulu, supaya punya tempat tidur selama "transit" di KLIA 2. Alhasil cuma bisa manyun di MCD sambil nelfon-nelfon temen yang belum tidur di Jakarta, Belanda & Prancis haha.

Day 2 - Jumat, 7 Oktober
KL - Istanbul by Turkish Airlines. My first long haul flight, 11 jam perjalanan! Saya baca-baca, kalau tidak mau kena jetlag harus menyesuaikan dengan waktu saat sampai di destinasi tujuan. Kalau sampainya malam, jangan tidur di pesawat, jadi saat sampai kalian bisa tidur. Kalau sampai di tujuannya siang , tidur yang lelap selama di pesawat, jadi saat sampai kalian bisa langsung beraktivitas. Tapi pada kenyataannya agak sulit untuk dilakukan ya.. kenapa? Nanti saya ceritakan di lain kesempatan yaa.


KL - Istanbul flight!


Sampailah saya di Istanbul untuk transit. Cuma beberapa menit nyasar-nyasar lucu di Ataturk Airport, akhirnya saya tiba di gate untuk penerbangan selanjutnya, dari Istanbul - Amsterdam. Saya sampai di Amsterdam jam 10 malam pada hari yang masih sama, dengan gemeteran karena itu pertama kalinya saya menginjak tanah Eropa. Rasanya mau sujud syukur terus-terusan :) So happy! Sampai di Schiphol, saya beli tiket kereta ke Leiden Central seharga 5,8 euro, dan setelah 15 menit naik kereta, sampailah saya di Leiden! Di sana saya dijemput Echa, anak manis dan single yang lagi kuliah di Leiden. Saya stay di tempatnya, untuk besok paginya terbang lagi.. ke Paris, mon amour.


Muke abis flight 16 jam + malam sebelumnya cuma tidur ayam di MCD 

Day 3 - Sabtu, 8 Oktober

Nah ini yang ditunggu-tunggu: Paris! Prancis! Akhirnya setelah berbagai upaya dari mulai au pair, kuliah S2, sampai jual diri gagal, akhirnya saya menjejakkan kaki juga di negara ini.. Jam 12 pesawat mendarat di Aeroport Paris-Orly, dan belum juga sempet nyasar, keluar pintu bandara saya sudah disambut sama ini:


Philippe dan Amelie! Sahabat yang baik banget dari Prancis
Pasangan gemets ini sangat memanjakan saya di hari pertama saya di Paris. Baik banget! Mereka tinggal di Rambouillet, suburban dari Paris, tapi masih masuk zona 5 Paris. Selama di Paris, saya menginap di tempat mereka. Sore itu mereka ajak saya keliling Rambouillet, dan tengah malamnya mereka antar saya keliling Paris, mulai dari Place Vendôme sampai ke Eiffel. PUAS <3 Makasih banyak yaa mes chères :)

Day 4 - Minggu, 9 Oktober

Nah, hari ini saya habiskan untuk quality time sama Cuni nih, one of my best friends yang tinggal di Prancis.. Kami pergi ke Sacré-Cœur di Montmartre, mampir ke Moulin Rouge di Pigalle, lalu ke Trocadero untuk foto-foto Eiffel dan terakhir ke Champs-Elysées untuk shopping (nyokap yang nitip, saya mah apa atuh..). Hari Minggu itu tidak banyak toko yang buka di Paris (generally di Eropa kalau hari minggu tokonya memang pada tutup), jadi kalau mau cari toko yang buka ya di Champs-Elysées itu. Untuk keliling Paris hari ini, saya menggunakan tiket yang namanya ticket Jeune-Weekend (karena waktu itu saya masih di bawah 26 tahun jadi masih masuk itungan remaja) seharga 8,7 euro, bebas naik turun metro dan kereta mana saja dari zona 1-5. Maaf tapi link-nya dalam bahasa Prancis ya.. ngga ketemu yang bahasa Inggris :)


Day 5 - Senin, 10 Oktober

Hari ini karena saya tidak janjian sama siapa-siapa, saya ke Versailles. Versailles ini sendiri letaknya ada di antara Rambouillet dan Paris, dan hari ini saya menggunakan tiket yang namanya Forfait Mobilis seharga 17,30 euro untuk keliling Paris zona 1-5. Ternyata, hari Senin itu istana Versailles-nya tutup, jadi saya cuma bisa mampir ke tamannya. Gratis. Tapi pemandangan tamannya aja udah breathtaking banget. Bagus banget, auranya bikin ngarep dilamar haha (sama siape...). Lalu setelah itu saya lanjut ke area Quartier Latin untuk beli oleh-oleh, dan somehow I had my best experience in Paris. Saya juga menyempatkan diri untuk mampir ke Shakespeare and Co, toko buku tempat Celine dan Jesse di film Before Sunset bertemu. Setelah puas keliling quartier itu (yang juga masih satu "kompleks" sama Cathédrale Notre Dame), saya beranjak ke Jardin Tuileries, tepat ketika langit mulai sendu dan merintik hujan.


Quand il pleut sur Paris c'est qu'il est malheureux..
Saya menghabiskan momen itu dengan mewek karena besoknya sudah harus meninggalkan si kota kesayangan ini. Sore itu saya berjalan menyusuri sungai Seine lewat Quais D'Orsay, sampai ke Pont D'Alma, dan kembali ke Rambouillet saat malam. Well, à toute à l'heure Paris!


Day 6 - Selasa, 11 Oktober

Ya.. tibalah hari di mana saya harus beranjak ke Nice. Saya naik kereta cepat TGV yang saya book dari jauh hari dari website ini, harganya sekitar 39 euro kalau tidak salah. Perjalanannya memakan waktu sekitar 5 jam, saya sampai di Nice sekitar jam 3 sore. Saya belum ada hostel di Nice, tapi saya cek di Booking.com ada hostel yang review-nya bagus, dan ternyata Hostel Meyerbeer Beach ini memang hostel yang paling recommended dari seluruh perjalanan saya di Eropa ini sih - murah, dekat kemana-mana, dekat dari Pantai, letaknya sebelah Carrefour persis, ambience menyenangkan.. Next post akan saya bahas lebih lanjut. Sore itu, saya bersama seorang roommate pergi ke pantai, kembali ke hostel untuk makan malam, dan kemudian langsung tidur. 


Cannes, salah satu kota yang dilewati saat naik TGV


Day 7 - Rabu, 12 Oktober

Hari ini saya mulai dengan rasa malas yang luar biasa.. karena backpacking, baju saya pun jumlahnya terbatas. Jadilah saya harus nyuci di laundromat dulu. Karena hati masih ketinggalan di Paris, saya pun bengong dulu (hehe) dan akhirnya baru mulai jalan-jalan jam 2 siang. Saya keliling kota tua Nice, pergi ke Place Massena, ke H&M untuk beli legging (karena celana mendadak kegedean), ke memorial untuk mengenang korban Nice Attack pada 14 Juillet 2016 lalu, dan kembali ke hostel. Di hostel inilah saya berkenalan dengan banyak teman baru, pergi ke pantai dan pelabuhan pada malam harinya, dan janjian untuk bareng-bareng ke Monaco esok harinya.


Memorial for 14 Juillet Nice Attack


Day 8 - Kamis, 13 Oktober

Monaco! Negara kecil yang sesak dan bikin capek. Karena, mengutip kata teman saya, Jeff, "Ketika satu negara sudah tidak punya cukup ruang untuk membangun lagi sedangkan mereka punya seluruh uang di seluruh dunia, mereka akan membangun ke atas dan juga ke bawah.". Alhasil negara paling kecil nomor 2 di dunia ini penuh dengan jalanan yang turun naik. Saya dan teman-teman dari hostel berangkat ke Monaco menggunakan kereta, seharga 3 euro saja. Kalian bisa juga menggunakan bis, harganya cuma 1,5 euro - tapi hari lagi hujan, jalannya agak jauh dan sampainya lebih lama, jadi kami memutuskan untuk naik kereta deh. Sayangnya, seharian di sana hujannya ngga pernah berhenti! Mood rusak - tapi apa boleh buat, kapan lagi ke Monaco? Akhirnya kami mampir ke Jardin Exotique (meskipun ngga masuk, why would you pay 7 euro to enter a garden when it's thunderstorm?), ke Casino Monte Carlo (yang starting betnya 1 juta.. euro. WOW.), ke pelabuhan, ke McD, kirim postcard, dan mendaki ke Prince Palace di atas bukit. The view is worth the hike - well, karena cuma dari situ Monako bisa kelihatan bagus ya menurut saya. Bah. Capek.



Nih Monako.. benderanya sama sama Indonesia btw, feels like home

Pulangnya kami ngga bayar kereta.. haha. Anak-anak nekat itu memutuskan bahwa.. jam setengah 6 sore itu banyak banget orang yang pulang kerja dari Monaco ke Nice, masa iya sih karcisnya diperiksa satu-satu? Pas berangkat juga ngga diperiksa sama sekali kok. Saya sih cuma ngikut aja.. hehehe.. eh ternyata emang ngga diperiksa! Lumayan lah hemat 3 euro.


Day 9 - Jumat, 14 Oktober

Setelah malamnya mengucap farewell dengan teman-teman baru di hostel itu, pagi ini saya harus berangkat pagi buta banget, karena bis Flixbus yang akan saya naiki berangkat dari Airport Nice jam 9.45 pagi. Saya pun naik bis seharga 6 euro yang langsung menuju ke Airport Nice dari halte terdekat dari hostel strategis nan murah saya itu, dan berhenti tepat di tempat flixbusnya ngetem. This is the part where my itinerary goes a little bit wrong.. cause I'm going from Nice to Italy - tapi perencanaan yang salah malah membuat saya bolak balik selama di Italia.

Ga mau membuat kesalahan yang sama? (ceile) Cek part 2nya ya.. :)

Minggu, 12 Juni 2016

Where to go and what to do?

I still believe that I was born in a wrong continent. Or at least in the wrong family - since they would never think of taking me to travel.

Ever since I was in the third grade of elementary, I'm already fascinated with the world map. By sixth grade, I mastered most capital cities name throughout the world. Yet still, the furthest point I got from my house is Bali. I wanna see the world outside Indonesia!

Until I finally work in 2012, earn some money, and decided to go to Singapore - the place everyone always talk about. And now, after 11 countries, I can't stop to add more to my list. So, where will be my next stop?

This is an ongoing list by the way. Enjoy!

ASIA PACIFIC
1. Honeymoon in Bora bora (don't let this discourage you, boys! It could be the second, third or tenth honeymoon right?)
2. Morning exercise in Great Wall, Beijing, China
3. Snorkel in El Nido, Palawan, Philippines
4. Do a final ASEAN tour, going from Myanmar, several cities in Thailand that I haven't visited, Phnom Penh, Ho Chi Minh, then Kota Kinabalu to end with Brunei Darussalam
5. Eat Balut in Manila, Philippines
6. Shop in Chatuchak market, Bangkok, Thailand
7. Or maybe drop everything in my life, start building something by the ocean of Fiji... or others, Samoa, anywhere in Polynesia basically. I would LOVE to live near the beach. Yep, just live, like Moana.

AFRICA
1. Pose like sphinx in front of Giza pyramids, Egypt
2. Visiting Casablanca and Marrakech, and experience the local market
3. Go to Ouagadougou, cause the name stucks in my head
4. Go to Kenya and explore the wilderness :) oh wait I'm scared of wilderness
5. Go to Madagascar where the French often thought I came from there

EUROPE
1. Relive Paris Je t'aime movie (pardon the cheesy-ness):
- Père-Lachaise cimetière
- Faubourg St. Dennis
- 14e arrondissement
2. Some other things to do in Paris (which everyone says: "not that good, very disappointing, smells like piss")
- Daydreaming in Jardin de Tuileries while listening to "Sous le ciel de Paris"
- Take photo beside Seine, and compare it aside my grandpa's old photo
- Bring my Campus 1 book to Paris (ikr)
- Listen to "Les Champs-Elysées" while se balader aux Champs-Elysées 
- Visit it during autumn (super grateful for this!)
- Walking alongside Seine with someone special and having a deep, meaningful talk
- Kiss someone in front of Eiffel  *omg can't believe this one is checked!*
- Not getting kidnapped like in the movie 'Taken', since Liam Neeson is not my father
3. Visit Bordeaux and have a wineyard tour *have not done a wineyard tour, but guess what, i LIVE in Bordeaux now! crazy.
4. Live in Southern France/Italy if I make it to my 70s
5. Do all touristic thing to do in London, dominated by Harry Potter things and Stonehenge
6. Roll around the hill trying to prove that Countryside really is GREAT, cuddle some sheeps and listen to 'Penny Lane', somewhere in Scottish Highlands 
7. Try to find a local Gaelic Band singing 'Galway Girl' and watch some Irish Folk music performance somewhere in Ireland
8. Parlare Italiano with a local on an Italian countryside (Tried, but it turns out my Italian has gone from basic to a beginner who needs a Dictionary. So, better luck next time!)
9. Visit the Coté d'Azur or anywhere in Mediterannean sea, cause it's just soo pretty!
10. Take photo on the border of several countries in Europe
11. Visit some small countries: Vatican, Monaco, Liechtenstein, Luxembourg, Andorra, Malta, Cyprus, San Marino, Macedonia :)
12. Dance salsa during a latin or bossa music soirée in Portugal or Spain
13. Go up to the north with a friend to see Aurora, the northern light
14. Visit geirangerfjörd in Norway
15. Experience the sun that never sleeps in Nuuk, Greenland
16. Shop in a local market in Netherlands
17. Visit Bruges and take a boat over the river
18. Cuddle a cow in Switzerland
19. Stroll around the narrow streets of Florence, Italy
20. Meet Orlando Bloom in London
21. Visit Prague just to see the high high escalators to the center of the earth LOL
22. Is Turkey Europe? I want to eat and drink with locals there
23. Visit Budapest and chillin'.. with George Ezra's song playing on the background.
24. Visit Barcelona and chillin'.. with George Ezra's song playing on the background.
25. Explore more of the Mediterranean sea with the loved one- Croatia, Greece, Italy, Albania,



AMERICA
1. Have christmas and new year in New York, with my before midnight colleagues and relive How I Met Your Mother!
2. Go to Easter Island and hug the Moais
3. Go to Macchu Picchu
4. Experience winter in Chile with the Penguins
5. Take a photo in Salar de Uyuni, Bolivia
6. Cinco de Mayo in Cartagena, Columbia
7. Camp with my before midnight colleagues somewhere in Canada
8. Beverly Hills tour to meet celebrities.. or Orlando Bloom. Again.
9. Go camp with the loved ones in one of America's National Park

AUSTRALIA
1. Just wanna meet little Koala and Kangaroo. Nothing else in particular. 

Hopefully all of them will not be too much to travel.. and that I got the time to complete all of them :) Now shall we go back to work? You don't have the money to do all that don't you? Meh.

Rabu, 08 Juni 2016

Penipuan di Bangkok? Careful, all!

Hi All! Ini lanjutan dari cerita saya di Part 1 :)

Day 2 di Bangkok saya mulai dengan kelaperan. Hostel saya ngga ada sarapannya, jadi saya mampir ke 7/11 terdekat untuk beli roti-rotian dan jajanan lainnya, dan lanjut jalan ke landmark dekat hostel saya, yaitu si Giant Swing. Banyak merpati-merpati gitu di sekitarannya. Lucu banget.

Giant Swing, Bangkok

Waktu menunjukkan pukul 9 pagi, saya pun jalan kaki ke Wat Phrakeaw (Grand Palace). Meskipun baru jam segitu, cuacanya udah panas banget. Salah nih ga bawa topi. Oiya, tips untuk memasuki wat-wat / temples / kuil di Bangkok ini adalah.. jangan lupa pakai celana di bawah lutut. Saya sendiri pakai celana pendek, tapi udah siap-siap bawa celana panjang biar bisa ganti baju pas sampai. Sesampainya di Wat Phrakeaw, saya disambut oleh satu mas-mas. Here's where the scam started....



Wat Phrakeaw, dari luar

Gajah! Lots of Gajah!


Si mas itu menghampiri saya dan mengingatkan untuk ngga pake celana pendek, dan ditambah basa basi lainnya. Kurang lebih gini lah percakapannya:

V: Oh iya mas, saya bawa celana nih, tinggal ganti aja di dalem
M: Hmm ok, tapi nanti aja mba jam 11an balik lagi. Sekarang masih ada "acara khusus" untuk orang lokal Thailandnya, jadi lagi tutup nih..
V: Hah masa? Bukannya buka-buka aja ya mas?
M: Belom nih mba. Sambil nunggu buka, mungkin mau ke tempat lain dulu?
V: Hmm iya sih, rencananya mau ke Wat Arun.
M: Ooo ke Wat Arun, naik tuktuk aja mba, gampang, deket.
V: Kira-kira berapaan ya mas naik tuktuk? Saya sih rencananya mau jalan kaki aja.
M: 80 baht lah mba, minta ke Rachini pier aja, tempat pelabuhan untuk naik kapal ke Wat Arunnya. Jalan kaki mah jauh..
V: Ogitu.. oke lah (gak terlalu mahal juga, saya pikir).

Kurang lebih peta Old Townnya seperti ini. bisa lihat no. 2 ada Wat Arun?


Ternyata.. sesampainya ke Rachini itu, tempatnya sepi banget. Gak banyak orang. Ada 2 orang menyambut saya, satu mas-mas, satu lagi mbak-mbak. Disitu si mas itu menawarkan saya naik kapal untuk ke seberang, ditambah dengan keliling-keliling ke Pasar Apung di sekitar Wat Arun, seharga... jeng jeng... 1000 baht aja dong. Alamakjang yang bener aja lu, cuma mau nyebrang aja kok mahal amat. Dari situ saya sudah mencium kecurigaan. Pasti ada jalan lain, gak mungkin cuma di sini. Saya pun nanya, "Is there another way to get to Arun? 1000 baht is way too much!" tapi masnya bersikeras. Karena kapal itu nantinya akan saya naiki sendiri, jadi udah seperti tur privat, dan harganya memang segitu. Kecuali kalau saya bisa nemu orang lain yang mau share boat sama saya. Lah jelas-jelas saya dateng kesitu sendirian.

Saya pun mulai google cara ke Wat Arun. Lemot banget itu internet dari simcard gratisan.. jadinya ada kali 20 menit saya nunggu di Pier sambil googling. Si mas itu berulang kali nyamperin saya untuk coba nego harga, turun ke 750 baht, tapi saya gak bergeming. Saya percaya pasti ini ada yang salah, ngga mungkin.. ngga mungkin.. sampai akhirnya saya nemu list scam-scam di Bangkok. Ih kan! Ternyata si mas yang di Grand Palace tadi boong, ngga ada tuh acara khusus yang bikin temple-nya tutup. Dan dikasih tau kalau mau ke Wat Arun, naik ferry aja dari Tien Pier (ada di peta di atas). Begitu tau itu, langsung cupstaw aja sama si mas penipu, gak tengok gak apa saya langsung jalan kaki ke arah Tien Pier. Untungnya Tien pier itu ngga jauh, dan ramai banget - banyak yang jualan makanan, minuman, banyak turis juga.. 'Nah ini baru tempat yang bener!', pikir saya. Saya pun ke loket untuk beli tiket feri yang harganya hanya... 15 BAHT. Lo makan tuh 1000 baht! Breng*** kesel banget, rasanya pengen maki-maki, sayang saya cuma sendiri. Hampir aja kehilangan segitu banyak cuma untuk naik kapal ngga jelas. Untung ada google! All hail google!! *sembah sujud*

Akhirnya saya naik kapal, trus ke sebrang, dan untuk masuk Wat Arunnya bayar 100 Baht.

Wat Arun

kapal private 1000 baht? ke laut aje.. eh emang di laut ya

Saya girang banget sesampainya di Wat Arun ini, karena memang wat yang saya rencana kunjungi itu ngga terlalu banyak.. cuma Wat Phrakeaw, Wat Pho dan Wat Arun. Dan Wat Arun ini yang paling bagus menurut saya, karena letaknya di seberang sungai Chao Praya jadi kalau difoto kelihatan airnya.. bagus deh pokoknya. Saking semangatnya di Wat Arun, panas-panas gitu juga, saya manjat tangga sampai ke atas temple-nya. Setelah sampai di atas.. saya baru tahu kalau ternyata.. saya takut ketinggian. BANGET.


Waktu mau naik, masih semangat, masih girang
sampe di atas, surpriseee! ternyata tangga
yang tadi saya panjat securam ini! 
gimana turunnya? HELP!!!

di atas, jarak antara tangga dan tempat bergeraknya sempit.
TAMBAH TAKUT.

untungnya, view-nya cukup rewarding. gak sia-sia ketakutan pas mau turun. 

Kalau kamu takut ketinggian, punya sakit jantung, dan penakut, mending ngga usah naik sampe atas deh. Karena pas naik sih piece of cake, pas mau turun tuh asli, serem banget! Mesti pelan-pelan banget dan nunggu orang yang gak sabaran turun terlebih dulu. Setelah (berhasil turun) dari Wat Arun, saya nyebrang lagi naik ferry yang sama, dan lanjut ke Wat Pho. Beli topi dulu karena udah siang dan panas banget.. Masuk Wat Pho ini bayar 100 Baht, udah dapet air minum juga. Yeay!

kakinya si Giant Gold Buddha di Wat Pho. Baguus
Karena kesel paginya udah ditolak masuk ke Grand Palace, dan karena waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang, saya belom makan, cranky, kepanasan, mau pengsan, akhirnya saya naik taksi ke Chinatown. Gak mau lagi ke Grand Palace, masih kesel inget muka mas penipunya. Oiya, jadi inget waktu itu taksinya setel radio bahasa Thai, tapi beritanya ngomongin presiden SBY. What a coincidence! :) Okay, berlanjut ke list makanan yang mau saya coba di Bangkok, ada Mango Sticky Rice - nasi ketan + mangga di Chinatown itu. Rasanya enak sih, tapi not my cup of tea. Ketan should be with chicken you know.. lemper gitu, perfect


Mango Sticky Rice


Setelah itu, malemnya saya ke Asiatique, ketemu temen saya di Couchsurfing, Seb, dan Rosalyn, teman kuliah saya yang kebetulan lagi ada di Bangkok juga. Asiatique ini sendiri mirip-mirip Paris Van Java di Bandung ya, isinya butik-butik lokal bagus lucu gitu. Cuma bagusnya dia letaknya di pinggir Chao Praya gitu, dan untuk ke sana harus naik boat dulu. Boat-nya sendiri bisa naik dari Stasiun BTS Saphan Taksin.

Day 2 Ends Here!

Well, berlanjutlah ke Day 3 di mana saya keliling-keliling kota Bangkok untuk shopping dan cari oleh-oleh untuk sejuta umat. Sayangnya, saya gak berhasil nemu baju satupun. Mungkin karena suasana hati masih berkabung, dan kadang, ketika kamu niat banget mencari sesuatu, hal itu justru ngga bisa ditemukan, kan? Day 3 itu saya mulai dengan trip ke kota dengan bawa semua barang bawaan (yang kemudian dititip di lantai 6 mall MBK) karena hari itu juga saya pindah ke hotel murah yang lagi promo, hotel Nasa Vegas namanya. Kalau kalian menginap di sini (karena kayaknya waktu itu ada temen saya yang nginep di sini juga.. karena murah kali ye) hotelnya ini letaknya deket sama rel kereta barang yang berisik banget, jadi kalau bisa, pas di resepsionis minta kamar yang ngga menghadap ke rel ya.

Back to MBK, saya titip baju dan barang berat saya di tempat penitipan koper di lt.6. Karena waktu baca majalah 360 Airasia ada iklan tentang mall ini, saya foto lah iklannya - katanya kalau kasih liat fotonya, bisa dapat kaos gratis. Lumayan... buat oleh-oleh adek hehe. Tempat penitipan ini recommended karena aman, saya sebenernya nitip kamera saya di situ selama keliling-keliling mall (tentunya pihak mall ngga bertanggung jawab kalau hilang, tapi Alhamdulillah ngga ilang sih). MBK ini udah pada tau lah ya, tempatnya belanja oleh-oleh. Mau cari apa juga ada. Harga juga ngga beda-beda jauh sama di Chinatown. Di situ juga kalau ngga salah saya dapet koper ukuran medium, harganya cuma sekitar IDR 480.000 dan kualitasnya udah bagus banget. Selain di situ, saya juga ke mall-mall lainnya, tapi lupa kemana aja.. maklum sudah 2 tahun yang lalu dan yaa... itu Mall aja gitu. Di Jakarta juga banyak Mall kan.

Yang saya suka dari Bangkok adalah harga-harganya yang murah, jajanan yang enak, BTS / MRT-nya yang mudah diakses dan dingin, dan... durian! Hari itu juga saya menyempatkan ketemu teman di couchsurfing lainnya yang membalas message saya ketika saya tanya apa ada Durian Festival di sekitar Bangkok pada saat saya kesana. Dan dia mengajak saya ke Pasar Khloeng Toey, karena dia sendiri juga penggemar berat Durian. Jauh-jauh ke Bangkok malah ke pasar beli duren.. hahahaa.

Dulian Moncong

Malamnya, saya ketemu teman dekat saya, Nobi, yang bisa-bisanya kebetulan lagi Business Trip ke Bangkok. Setelah curcol bla bla bla (maklum, masih berkabung), kami pun kembali ke hotel. Lucu rasanya ingat malam hari itu banyak tentara bersenjata jaga-jaga di pinggir jalan. Maklum, waktu itu sedang ada kudeta militer. For safety reasons, WNI yang di Bangkok diminta untuk tidak ke daerah-daerah yang banyak terjadi demo, seperti di Lumpini Park, dekat BTS Siam, dll. Seru juga sih rasanya, orang rumah pada khawatir karena pemberitaannya agak lebay. Padahal mah kita di sana asik-asik aja :) Malam itu saya kembali ke hotel jam 2 malam. Dan besok paginya, tiba waktunya pulang! Sayang kunjungan singkat saya itu tidak jatuh di weekend, karena berarti saya tidak bisa ke Chatuchak Market - pasar yang legendaris itu loh, tempat barang-barang gemes dengan harga terjangkau. Mungkin, itu artinya saya harus balik lagi ke Bangkok. Cause you can always find a reason to travel, right?

Bye Bangkok! See you again! Thanks for the memories :)








Winter di Hanoi dan Seoul - 2 minggu di Laos, Vietnam dan Korea! part. 1


Hai! Mau share cerita waktu saya trip ke Vietnam, Laos dan Korea Selatan Januari 2015 lalu. Semuanya berawal saat saya dapat tiket murah ke Hanoi. Cuma 500rb naik Tiger dari Singapore kalau ngga salah (thanks to Ovy), jadilah saya ambil cuti selama 2 minggu. Tadinya saya pikir cuma akan pergi ke negara-negara sekitar aja, Laos, Myanmar, Thailand, Kamboja, jadi mulailah browsing-browsing tips and trick roadtrip di sekitar negara ASEAN itu. Itinerary awal yang aku susun adalah Hanoi - Sa Pa - Luang Prabang - Bangkok (lagi) - Siem Reap dan pulang lewat Phnom Penh. Tetapi itu semua berubah saat negara api menyerang saya denger ada promo lain lagi : KL - Seoul - KL yang cuma 1,7 jt.

Perlu kalian ketahui bahwasanya bulan-bulan itu, reality show yang menampilkan bocah-bocah gemes dari Korea, Return of Superman, lagi in banget di Indonesia (at least di lingkaran pertemanan gue deh). Ternyata, bocah-bocah gemes yang namanya Daehan, Minguk dan Manse itu bisa juga menarik minat tante ini untuk berkunjung ke sana. Kalau bukan karena mereka, kayaknya hampir ngga mungkin saya ada minat ke sana. Denger K-Pop tutup kuping. Nonton korea hampir ga pernah (kecuali yang jaman dulu banget, Endless Love-nya Song Hye Gyo). Sampai-sampai pas saya bikin pengumuman mau ke Seoul, orang-orang pada heran, kenapa ini anak bisa ada keinginan ke Korea?

ini loh bocah gemez, yang baju biru *lah* credit by www.vitamasli.com

Akhirnya itinerary pun berubah, jadi dari Hanoi ke Luang Prabang, lalu ke Vientiane, dari Vientiane ke KL, dan lanjutlah ke Seoul! Saking mepetnya dapet kabar tiket murah ke Seoul itu, saya sudah terlanjur beli tiket dari Siem Reap ke KL untuk balik. Yak, hangus sudah! Huhuhu. But anyways, saya gak sabar mau ngerasain winter untuk yang pertama kalinya. Ternyata di Hanoi itu juga ada musim dingin, saudara-saudara! Dan tentu saja di Korsel ada musim dingin dong. Biasa lah ya orang Indonesa belum pernah liat salju, excited dong jadinya. Saya udah siap-siap beli segala macem perlengkapan renang winter, meskipun kebanyakan minjem sih dari Mrs. Putri Wulan.

Topi minjem, coat beli di Jakarta, jaket di dalemnya beli di Hanoi

Sepatunya beli, 200rb di Uniqlo
Sweaternya minjem - ini anget banget btw! 

sarung tangan, topi sama buku Koreanya minjem PutWul semua.. hahaha
Untuk trip ini, saya cuma bawa 1 backpack 45 liter (yang pinjeman juga haha, thanks Ojan!). Karena saya tidak beli bagasi, dan limit cabin bag cuma 7 kg, jadi coat dan sepatu yang bikin berat itu saya bawa pakai tangan, atau dipakai. Okay, tiba juga waktu yang ditunggu-tunggu.. 

Welcome to Changi!


Saya bobo deket kolam itu. Suaranya relaxing deh.

#fromwhereIsleep

Iya, saya memutuskan untuk berangkat sore dan sampai malam hari di Changi, Singapore, lalu saya nginep di sana aja, dan paginya lanjut terbang ke Hanoi. Tidur di Changi enak banget... saya bisa cobain alat pijet kakinya yang tersebar di mana-mana. Bisa tiduran di snooze lounge. Bisa nonton gratis di cinema lounge, ke taman kupu-kupu... dan masih banyak lagi, asalkan kamu ngga keluar dulu dari Imigrasi! Selama bobo di sana, saya sih ngga mengalami yang namanya dibangunin dan ditanyain boarding pass selanjutnya, mungkin karena saya bobonya di deket imigrasi ya? Begitu mulai jam 5 pagi, imigrasi yang tadinya tutup mulai dibuka lagi, karena ada penerbangan internasional yang baru saja sampai. Saya pun ikut turun ke imigrasi, lalu sarapan di MCD, dan abis itu masuk lagi ke imigrasi untuk penerbangan selanjutnya ke Hanoi.


Sampailah kita pada day 1. Waddup, Hanoi?

Airportnya baru, mirip T2 Juanda Surabaya
Saya sudah booking hostel di dekat area Hoan Kiem Lake, namanya Little Hanoi Hostel 1. Hostelnya murah banget, semalam cuma sekitar IDR 60,000. Keluar dari Airport itu, ada tiga pilihan transport yang bisa kamu pilih untuk sampai ke daerah Hoan Kiem / Old Townnya. Yang paling murah, bisa naik Bus no. 17, tapi karena pernah ada pengalaman buruk naik bis di Bangkok, saya pilih naik semacam airport shuttle yang sistemnya kayak omprengan gitu. Ongkosnya tidak terlalu mahal, dan diantarnya tepat di depan hostel. Kalau mau yang lebih private lagi, tentunya bisa naik taksi. Biayanya bervariasi, maaf ya saya ngga pernah catet harga-harga beginian, jadi kurang membantu :(



Pinggir Hoan Kiem Lake, dingin, mirip Bandung! 
Winter di Hanoi itu.. dingin, tapi dinginnya kayak di Lembang gitu. Sesampainya di Hostel, saya ketemu resepsionis yang banyak dikasih review bagus di booking.com gitu, namanya Kim. Ngga tau mbak ini masih kerja di sana atau ngga sekarang, tapi dia emang baik banget sih. Even a crappy hostel pun kalo resepsionisnya dia bisa jadi mendingan banget. Dia kasih welcome fruit (yang mana itu pisang, warnanya ijo.. gak menarik) dan ngasih tau kalo tea and coffee available 24 jam di lobby hostel. Setelah taro barang di kamar, Kim kasih saya peta sekeliling old town ke saya sambil jelasin mana aja tempat-tempat yang bisa ditempuh dengan jalan kaki, juga kasih rekomendasi untuk makan banh mi khas Vietnam di deket hostel, yang menurut dia enak banget (I'm not a big fan of Vietnamese food tho). Enak banget suasana dan suhunya untuk jalan-jalan sore, jadi saya pun menyusuri pinggiran danau Hoan Kiem sendirian.

Pisang warna Ijo, the welcome fruit I got 
Si Banh Mi halal yang kata mbak Kim enak banget itu,
 tapi biasa aja ah. Ada rasa mint-nya



My dorm! Setelah foto diambil, datanglah mas-mas yang
baru aja dapet kerjaan mengajar Inggris di Hanoi
 
Sejauh mata memandang, banyak pasangan alay muda yang duduk di pinggiran danau, orang tua juga duduk merenung di pinggir danau, beberapa gerombolan paruh baya sibuk Taichi. Saya sih sibuk jalan-jalan aja, sambil lihat-lihat kelakuan orang Vietnam. Kenapa di cuaca yang ngga dingin-dingin amat ini semuanya pada heboh banget pake coat-coat tebel yang gemes-gemes gitu ya? Apa karena mau keliatan fashionable? Saya aja cuma pake baju lengan panjang biasa + scarf ngerasa biasa aja, padahal biasanya saya gampang kedinginan.


One evening in Hoan Kiem

Tortoise tower! Lucu ya, ada satu menara gitu
ngambang di tengah-tengah danau?


Agak maleman sedikit, saya janjian ketemuan nih sama seorang teman, Tien, yang kenal di couchsurfing. Kita ketemuan di depan kantor pos, setelah saya beli beberapa kartu pos untuk dikirim ke teman-teman saya di rumah, dia jemput saya naik motor, lalu kita cus keliling-keliling Hanoi sampai ke tempat yang dia rekomendasikan untuk makan mi ayam halal gitu. Dan... pertanyaan saya di atas mengenai pakaian lebay masyarakat sekitar itu terjawab sudah. Ternyata kalo naik motor, suhunya JADI DINGIN BANGET. Masya Allah. Menusuk ke relung dada. Dingiiin sumpah. 

Setelah makan di situ, saya mampir ke Pasar Malamnya. Jualannya macem-macem, mulai dari snack-snack korea, babi-babi panggang yang terlihat menggiurkan, jagung bakar, baju sampai suvenir-suvenir. Saya cuma keliling situ sebentar, beli jaket (mirip) jaket bulu angsa yang harganya IDR 150,000, karena kalau gini aja dingin gimana di Korea? Coat saya ga mungkin cukup untuk nahan dinginnya.. (another story di part selanjutnya). Lalu saya nyobain snack korea - cumi bakar gitu, sama beli suvenir untuk mama dan temen saya.

Day 1 finished! Tunggu yaa part 2-nya :)


Kamis, 21 Januari 2016

Liburan Singkat ke Bangkok

Hi All! Saya mau coba nulis pengalaman travel nih, gegara teman saya yang lagi di Bangkok bikin saya terinspirasi untuk menulis cerita ketika melancong singkat ke sana. November 2013 lalu, AirAsia sedang promo, dan sudah lama sekali saya mau ke Bangkok tapi terhalang biaya tiket. Pasti selalu di atas 2 juta deh PP. Kali ini saya cek, harganya cuma 490rb PP. Ya dibeli dong langsung, tanpa tanya temen, ada yang mau ikut apa tidak. Soalnya biasanya kalau pakai tanya-tanya, malah jadi ribet. Si X ngga bisa ikut tanggal segitu, Y ngga mau ke Bangkok.. hah yasudahlah. Cus dibelilah tiket murahnya..

Lalu setelah beberapa bulan menanti, waktunya datang juga! May 2014 saya berangkat, sayangnya 3 hari sebelumnya Mami saya baru saja meninggal. Sebelum berangkat, saya sempat browsing couchsurfing, dan janjian dengan beberapa travellers yang kebetulan sedang ada di Bangkok juga - termasuk teman saya yang somehow sedang di Bangkok juga, Rosalyn! Karena tidak berhasil nemu host, akhirnya saya booking hostel deh. Berbekal 5 juta rupiah (iya itu banyak banget, karena memang saya rencana awalnya ke sana mau belanja haha), saya pun sampai jam 6 sore di Bandara Don Mueang (DM), Bangkok.

Bangkok, one afternoon

Sebelumnya saya baca kalau di DM ini ada tourist information centre yang bagi-bagi simcard gratis, dan ternyata benar! Saya dapat deh simcard gratisan, dan juga dapat info bagaimana caranya naik bis sampai ke hostel tujuan saya di kawasan old town. This is where the story might not be very useful for you, karena ini sudah 2 tahun yang lalu, saya sudah lupa bus nomor berapa yang saya naiki malam itu. Tapi nevermind deh.. orang waktu itu saya nyasar juga hahaha. Jadi, dari tourist information centre itu saya dapat peta dan ditunjukkan arah di mana harusnya nunggu bus yang arahnya ke old town. Bis sudah ketemu, yang dituju sudah tahu (pokoknya bus itu nantinya akan lewat Victory Monument dan saya akan turun di Giant Swing), pede lah saya bayar sesuai ketentuan bis-nya.

Selang beberapa lama, kok rute bus-nya ngga sesuai yang ada di peta.. Akhirnya saya tanya ke mas-mas sebelah saya, yang ngga bisa-bisa amat bahasa Inggris. Saya kasih liat lah itu peta bergambar.. plis deh udah jelas gitu ya tujuannya saya tunjuk-tunjuk. Dia cuma garuk garuk kepala trus bilang, "oke ikut gue aja". Ok, turunlah kami di suatu penjuru Bangkok yang saya ga tau itu di mana. Terus abis itu dia nyetopin taksi. LAAAH gimana sik? Karena capek, ya udahlah saya naik taksi aja, saya minta turun di Khaosan Road, jalan Jaksa-nya Bangkok yang penuh dengan turis-turis backpacker. Ternyata, taksinya pun lewat Bandara lagi.. jadi saya naik bis yang benar, tapi ke arah yang salah. Pantes aja si masnya bingung ngejelasinnya hahaha.

Khaosan road malam itu tidak seramai seharusnya, karena semalam sebelumnya sempat ada pengeboman di jalan dekat situ. Tapi tetap rame sih.. banyak banget yang jualan baju, sepatu, makanan, sampai Valium haha. Tapi, tujuan saya kesana cuma satu, mau coba serangga-serangga goreng / fried bugs. It turns out to be such a nom! Enak banget!


Campuran ulat sagu, belalang, jangkrik kecil, dan kodok kecil - goreng!


Ok dari semua serangga itu, saya paling suka ulat sagunya. Rasanya kayak kacang ijo! Susah dijelasin, mesti coba sendiri deh pokoknya.. Nomer dua yang saya suka adalah jangkrik kecil. Juga enak banget. Belalang enak, cuma ada keras-kerasnya sedikit. Yang saya paling ngga suka adalah si kodok kecil. Pertama, saya juga ngga ngerti kenapa saya beli kodok, orang saya jijik banget sama kodok. Kakinya kan mirip cicak! Asli, inget pernah makan kodok aja rasanya mau muntah. Oke pokoknya I ate it all sesampainya di hostel.

Nah, hostel yang saya book ini ternyata lucu banget! Cakep, modern, cozy.. Namanya Chern Hostel. Dekat dari giant swing, dekat dari wat-wat utama yang ada di old town. Agak berbeda dari kebanyakan orang yang memilih penginapan di dekat pusat kota, saya justru pilih yang agak jauh. Jadi rencana trip ini adalah, 1 hari keliling old town, lalu 2 hari shopping. Sounds about right. Day 1 ends here! Stay tuned, karena petualangan saya di salah satu scam city ini.. baru saja akan dimulai. Now I gotta get some sleep, eh?

Outside the room



Inside the room, bersih kan?


Juga di dalam kamar. Nice touch!



Mari kita berlanjut ke part 2.. hati-hati scam!